Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

VIDEO Terjun dari Ketinggian 10 Ribu Kaki Pakai Simulator Parasut Virtual di Pameran Indo Defence

masyarakat bisa merasakan sensasi terjun payung dari ketinggian ribuan kaki lewat Virtual Parachute Simulator atau simulator parasut virtual

Penulis: Gita Irawan
Editor: Srihandriatmo Malau

Zona pendaratan yang tampak dari head mounted display virtual reality berada tidak dijauh dari lapangan udara.

Terlihat asap hijau yang menjadi titik lokasi pendaratan.

Sekira lima sampai tujuh menit kemudian pengunjung akan mendarat.

Total durasi dari mulai memasang harness hingga selesai memakan waktu sekira 8 menit 30 detik.

Selain Tribunnews, Kopral Yelvis Kristanto Pokesa dari Kostrad juga turut menjajal simulator tersebut.

Namun ia mencoba skenario darurat parasut tidak terkembang.

Yelvis mengatakan telah merasakan latihan terjun payung dari atas pesawat udara puluhan kali.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, lebih enak terjun payung asli ketimbang menggunakan simulator.

"Untuk kemiripannya jauh, lebih enak aslinya (terjun payung dari pesawat udara). Kalau ini kan hentakannya, belum ada hentakan. Tapi kalau untuk simulasi awal bagus," kata dia.

Head of Project Division PT Falah Inovasi Teknologi Mochamad Dylan Fauzi menjelaskan alat tersebut ditujukan untuk melatih siswa penerjun dalam rangkaian pelatihan untuk mengontrol parasut.

Objek yang dilatihkan, kata dia, di antaranya adalah lompat diving di udara, membuka parasut, mengontrol parasut, hingga mendarat di titik pendaratan yang sudah ditentukan.

"Jadi nanti di dalam skenario-skenario itu kita munculkan skenario emergency, kan itu tidak mudah atau tidak bisa dilakukan di praktik sesungguhnya kan. Katakanlah parasutnya hilang, putus, dan sebagainya kita simulasikan di sini," kata Dylan di JI Expo Kemayoran pada Jumat (4/11/2022).

Ia berharap nantinya perusahaan dari Indonesia tersebut ke depannya bisa menyesuaikan konten dan skenario yang sesuai kebutuhan militer di Indonesia.

Hal tersebut, kata dia, termasuk lingkungan di kota-kota di Indonesia.

Saat ini, kata dia alat yang dikembangkan Falah bersama perusahaan Havelsan dari Turki tersebut belum dijual bebas di pasaran.

Selain itu, produk dari Falah dan Havelsan tersebut juga belum digunakan oleh TNI.

"Belum (dijual bebas). Masih customize sesuai kebutuhan user, karena klien kita kan di TNI dan Kemhan ya," kata dia.(Tribunnews.com/Gita Irawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas