Kasus Bullying di Bandung, Masyarakat Tak Implementasikan Nilai Kemanusiaan Adil dan Beradab
Menurut Indra, bullying mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia tidakmampu mengimplementasi sila ke dua Pancasila, kemanusian yang adil dan beradab
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji turut mengomentari soal adanya bullying di SMP Plus Baiturrahman, Kota Bandung, Jawa Barat.
Yakni tentang sekelompok anak SMP memasangkan helm kepada korban kemudian secara bergantian mereka menendang dan memukulnya.
Korban bahkan mendapat tendangan dan pukulan di bagian kepala, hingga tergeletak jatuh ke lantai.
Bahkan salah seorang siswa lain kemudian menindih korban yang sudah tak berdaya di lantai.
Menurut Indra, perilaku seperti ini mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia tidak memaknai betul tentang implementasi sila ke dua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
"Tahun 2021 warganet Indonesia itu dinobatkan sebagai warganet yang paling biadab se Asia Pasifik dan kalau kehidupan media sosialnya digitalnya seperti itu saya yakin kehidupan nyatanya tidak jauh berbeda."
Baca juga: Kasus Bully Siswa SMP di Bandung, KPAI Minta Guru Hingga Manajemen Sekolah Diperiksa
"Jadi memang masyarakat kita masih jauh dari masyarakat yang memiliki kemanusiaan yang adil dan beradab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila," kata Indra dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV.
Padahal menurut Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, pendidikan memiliki tiga sentra, yakni rumah, sekolah dan masyarakat.
"Kita lihat sistem pendidikan nasional kita, sudah belum menjadikan bangsa ini bangsa yang cerdas bangsa yang pancasilais atau belum, karena itu berarti letaknya itu problematikanya ada disusunan pendidikan nasional kita yang selama ini salah dalam mengimplementasikan."
"Karena dianggap sistem pendidikan itu sama dengan sistem persekolahan."
"(Seharusnya) tiga-tiganya harus seimbang. Selama ini sistem pendidikan nasional kita fokusnya hanya ke sekolah, jadi itu yang membuat tidak seimbang tidak balance," jelas Indra.
Baca juga: KPAI Tuntut Satuan Pendidikan Minta Maaf Soal Kasus Bully SMP di Bandung: Pelaku Diproses Hukum
Apalagi, lanjut Indra, kalau melihat pembelajaran jarak jauh (PJJ) kemarin, terlihat bahwa rumah orang Indonesia tidak terbiasa dijadikan sebagai sentra pendidikan atau tempat belajar.
"Nah itu yang harus segera dibenahi sistem pendidikan nasional kita, harus meliputi bagaimana mendidik anak di rumah, bagaimana mendidik anak di sekolah, bagaimana mendidik anak di masyarakat," ujar Indra.
Sehingga, sambung Indra, untuk membangun SDM unggul, seharusnya pemerintah tidak setengah-setengah.
Baca juga: Siswa SMP Plus Baiturrahman Di-bully Teman Kelas, Kepsek: Pelaku akan Dibedakan Proses Pembelajaran
"Tidak hanya dipersekolahannya saja yang diutak-atik tetapi yang rumah dan masyarakatnya nggak pernah disentuh, maka akan terjadi seperti ini terus," jelas Indra.
Hal ini tentu juga menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pasalnya,kalau kita mengacu ke konstitusi, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan tanggung jawab orang tua, bukan tanggung jawab warga negara, tapi tanggung jawab pemerintah.
"Jadi kalau kita kembalikan ke sana harusnya ini menjadi beban dari pemerintah, siapapun rezimnya, siapapun presidennya harus punya tugas utama mencerdaskan kehidupan bangsa," jelas Indra.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)