Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Guru Sukarela di Tambora, Lewati Hutan Rimba Demi Mengajar Murid-muridnya

Medan hutan rimba dan perkebunan kopi di kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima, NTB tak menyurutkan langkah, Amiruddin, untuk mengajar murid-muridnya.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Perjuangan Guru Sukarela di Tambora, Lewati Hutan Rimba Demi Mengajar Murid-muridnya
Dok. Pribadi
Amiruddin, Guru SDN Tambora, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) rela menembus hutan belantara demi mengajar murid-muridnya. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Medan hutan rimba dan perkebunan kopi di kaki Gunung Tambora, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) tak menyurutkan langkah, Amiruddin, memberikan pembelajaran untuk murid-muridnya.

Jarak rumah Amiruddin ke tempatnya mengajar di SDN Tambora yang berada di Desa Oi Bura, Bima, berjarak 2 kilometer.

Kondisi jalan yang belum beraspal dan medan yang berat membuat Amiruddin kesulitan mencapai sekolah.

Pada saat musim hujan, Amiruddin mengungkapkan sekolah harus diliburkan, karena jalan yang dilewati dapat membahayakan guru maupun siswa.

"Musim hujan harus kami liburkan. Kalau satu bulan hujan, kami liburkan satu bulan. Mau tidak mau diliburkan, karena cuaca di sini sangat ekstrem sekali. Hujan, angin kencang. Kalaupun kita paksakan anak sekolah, siapa yang menanggung misalnya jatuh pohon tumbang kena anak sekolah," ucap Amiruddin kepada Tribunnews.com, Kamis (24/11/2022).

Baca juga: Wakil Ketua MPR RI Rerie: Peningkatan Kualitas Guru Harus Didukung Semua Pihak

Amiruddin mengungkapkan pernah terjadi beberapa kali ada siswa yang menjadi korban karena tetap ke sekolah saat musim penghujan.

Berita Rekomendasi

Terdapat sembilan orang pengajar di SDN Tambora, tujuh orang berstatus sebagai guru sukarela.

Sementara satu orang guru dan kepala sekolah berstatus sebagai PNS.

Sesusai kesepakatan di sekolah, Amiruddin mengungkapkan guru sukarela hanya mengajar sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Baca juga: Belum Ditemukan, Inilah Nama 6 Guru TK & 1 Sopir yang Hilang Diduga Tertimbun Longsor Gempa Cianjur

Dalam mengajar para siswa, Amiruddin yang berstatus sebagai guru sukarela hanya mendapatkan pendapatan sebesar Rp 250 ribu per bulan.

Pendapatan tersebut didapatkan Amiruddin dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp1 juta per empat bulan.

Demi menghidupi kehidupan sehari-hari, Amiruddin harus mengambil pekerjaan lain. Guru sukarela, kata Amiruddin, harus memiliki empat sampai lima pekerjaan lain demi bertahan hidup.

"Kita ambil pahala aja. Saya pribadi bercocok padi, jagung, aktivitas di panitia kepemiluan di kecamatan. Kebetulan saya operator di desa," ucap Amiruddin.

Tambahan pendapatan, menurut Amiruddin, sebenarnya bisa didapatkan melalui Tunjangan Daerah Terpencil. Perbulannya guru bisa mendapatkan tambahan dana Rp1,5 juta.

Namun, Amiruddin mengungkapkan dua tahun terakhir ini, dana tersebut tidak cair selama 6 hingga 1 tahun.

Dirinya berharap Pemerintah dapat memperhatikan kesejahteraan para guru melalui pemberian dana Tunjangan Daerah Terpencil.

Amiruddin juga berharap Pemerintah dapat melakukan perbaikan akses jalan menuju SDN Tambora. Hal ini untuk mempermudah para guru dan siswa menjalani pembelajaran.

Para guru, kata Amiruddin, juga mengharapkan Pemerintah kembali membuka rekrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).

Dirinya juga meminta agar bangunan sekolah mendapatkan perbaikan karena terdapat ruangan sekolah yang rusak.

"Bangunan sekolah kurang memadai, bangunan kami ada empat lokal. Selokal rusak berat, jadi kami mengajar di ruangan itu," pungkas Amiruddin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas