YKAN Kunjungi Desa Les, Kawasan Nelayan yang Terapkan Praktik Perikanan Berkelanjutan
YKAN tekankan pentingnya praktik perikanan berkelanjutan dari inovasi yang diterapkan melalui Crew Operated Data Recording System (CODRS).
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BULELENG - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengunjungi Desa Les, Tejakula, Buleleng, Bali
Tepatnya di Dusun Penyumbahan. Kawasan ini merupakan tempat bermukimnya nelayan yang pernah menjadi mitra kerja YKAN.
Kunjungan ini bagian rangkaian acara misi lestari YKAN untuk menyampaikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya praktik perikanan berkelanjutan dari inovasi yang diterapkan melalui Crew Operated Data Recording System (CODRS).
CODRS adalah sebuah metode dan teknologi yang dapat memberikan kesahihan data untuk menjadi landasan pengembangan strategi pemanenan ikan yang berkelanjutan.
Selama tiga tahun program CODRS dijalani oleh nelayan dan komunitas di Desa Les.
Kunjungan yang berlangsungnya pada hari Sabtu (26/22/2022) ini disambut langsung oleh Kepala Dusun Penyumbahan, Desa Les, Nyoman Widiarta dan beberapa nelayan.
Ketut Kertasa, nelayan Desa Les, dalam pertemuan mengatakan dirinya telah banyak terbantu dengan program YKAN.
Terkhusus dalam proses pembukuan keuangan hingga memahami teknologi yang memudahkannya dalam proses mencari ikan.
Ia bahkan mengatakan peningkatan penghasilannya meningkat hingga 80 persen.
"Dulu dapat ikan enggak teratur pemasukan pengeluaran. Ketemu YKAN diajarin pembukuan dan pengecekan hasil" cerita Ketut saat ditemui di kawasan pesisir pantai Desa Les.
"Dulu punya sampan kayu. Datang YKAN selama enam bukan berjalan saya bisa nabung akhirnya saya beli sampan Viver 17 juta. Peningkatan penghasilan 80 persen," tambahnya.
Baca juga: YKAN: Teknologi Budi Daya Tambak Udang Berpotensi Kurangi 1 Miliar Ton CO2 Dalam 10 Tahun
Untuk diketahui, nelayan yang menjadi mitra kerja YKAN dalam CODRS dibekali pengetahuan dan beberapa peralatan untuk bekal mereka mencari ikan.
Beberapa peralatan tersebut ialah seperti kamera, papan ukur ikan, dan juga GPS. Tidak hanya itu, para nelayan ini juga akan mendapatkan insentif atas hasil lelahnya.
Berdasarkan informasi di situs YKAN.or.id proses program CODRS berjalan dengan cara ikan yang ditangkap oleh nelayan diletakkan pada papan ukur, kemudian difoto untuk diketahui ukuran panjang dan jenisnya.
Foto-foto tersebut kemudian diserahkan kepada enumerator lapangan untuk diidentifikasi jenis dan pengukuran panjang ikan.
Setelah itu, verifikasi akan dilakukan oleh enumerator lainnya untuk memastikan bahwa data telah diproses dengan benar. Data kemudian disimpan dalam sebuah basis data.
Baca juga: YKAN Launching Program Pengembangan Pengelolaan Pesisir Terpadu di Sumatera Selatan
Muara dari program CODRS ini, kata Small Scale Fisheries Manager Ykan Nandan Godjali, akan menjadi pegangan yang konkret terkait informasi jenis-jenis ikan yang diharapkan bakal melahirkan peraturan-peraturan menteri yang mendukung masyarakat nelayan bekerja.
"Dari data ini kita sangat perlu, karena jadi data biologi yang tak terpisahkan untuk membuat kebijakan. Data tersebut akan dibuat, dikumpulkan, ditampilkan dalam grafik spesies volume," kata pria yang disapa Nanda ini.
"Akan bermuar ke KKP (Kememterian Kelautan dan Perikanan) 'ini lho hasil penelitian beberapa daerah, seperti ini hasilnya' lalu dipaparkan, hingga perencanaan," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.