KPK Periksa 4 Saksi di Kasus Suap Penerimaan Mahasiswa Baru Unila
(KPK) mengagendakan pemeriksaan terhadap empat saksi dalam kasus dugaan suap penerimaan calon mahasiswa baru di Universitas Lampung (Unila)
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengagendakan pemeriksaan terhadap empat saksi dalam kasus dugaan suap penerimaan calon mahasiswa baru di Universitas Lampung (Unila) tahun akademik 2022, pada hari ini.
Mereka yakni Evi Daryanti (PNS), Linda Fitri (swasta), Omah Rohmawaty (swasta), dan Heri Chalilullah Burmelli (swasta).
"Hari ini pemeriksaan saksi tindak pidana korupsi suap oleh penyelenggara negara atau yang mewakilinya terkait penerimaan calon mahasiswa baru pada Universitas Lampung tahun 2022, untuk tersangka KRM dkk," ujar Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, Jumat (2/12/2022).
Dalam kasus ini, Prof. Karomani selaku Rektor Unila dijerat sebagai tersangka penerima suap oleh KPK.
Tak sendiri, dia dijerat bersama dengan Heryandi selaku Wakil Rektor Akademik dan M. Basri selaku Ketua Senat.
Sementara, pihak pemberi suap ialah Andi Desfiandi selaku pihak dari mahasiswa.
Suap diduga terkait penerimaan mahasiswa melalui jalur khusus Seleksi Mandiri Masuk Universitas Negeri Lampung atau Simanila.
Diduga, Karomani memasang tarif Rp100-350 juta bagi calon mahasiswa yang ingin diterima melalui jalur mandiri itu.
Karomani selaku rektor periode 2020-2024 memiliki wewenang salah satunya terkait mekanisme dilaksanakannya Simanila.
Diduga, selama proses Simanila berjalan, Karomani aktif secara langsung menentukan kelulusan peserta.
Namun, praktik itu dibongkar KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT).
Pada saat konferensi pers, KPK menyebut nilai suap yang diduga diterima Karomani dkk sekira Rp5 miliar. Uang itu sudah diamankan oleh KPK.
Belakangan, nilai uang yang diduga suap itu bertambah.
Baca juga: Zulkifli Hasan Disebut Beri Uang dan Titip Keponakan di Unila, Dibenarkan Karomani, Dibantah Mendag
Dari penggeledahan di Lampung, penyidik mendapati uang senilai Rp2,5 miliar.