Jokowi Sebut SBN yang Dikuasai Asing Tinggal 14,8 Persen
Jokowi menunjukkan upaya pemerintah soal mengubah struktur ekonomi makro untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan termasuk soal SBN.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo alias Jokowi menunjukkan upaya pemerintah soal mengubah struktur ekonomi makro untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, salah satu soal urusan Surat Berharga Negara (SBN).
"SBN saat itu 38,5 persen itu dikuasai oleh asing, sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing," kata Jokowi dalam sambutanya di Outlook Perekonomian 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, (21/12/2022).
Jokowi pun menjelaskan apa akibatnya jika persentase SBN dikuasai asing terus bertambah.
"Karena kalau masih dikuasai asing begitu goyah sedikit makro kita keluar berbondong-bondong goyah pasti kurs kita. ini upaya-upaya yang kita lakukan," kata Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan bahwa situasi yang dihadapi sekarang ini bukanlah situasi yang gampang.
Baca juga: LSI Denny JA: Surya Paloh Dilema Tetap Bersama Jokowi atau Keluar dari Kabinet
"Situasinya sangat sulit diprediksi, sulit dihitung dan teori-teori standar semuanya sudah sulit untuk kita pakai lagi, karena semuanya tidak sekarang ini keluar tidak berdasarkan pakem-pakem yang ada," kata dia.
Dia mencontohkan pada 2014-2015 ketika Indonesia masuk kategori fragile fight atau rentan dan terpuruk bersama lima negara lain.
"Defisit transaksi berjalan kita 27,5 miliar US Dollar di 2014, kemudian di 2015 berada di angka 17,5 miliar US Dollar. Kalau kita lihat lagi lebih detail di 2014 neraca dagang kita masih defisit 2,2 miliar US Dollar," kata Presiden Jokowi.
Baca juga: Relawan Jokowi Sebut Ganjar Pranowo dan Erick Thohir Pasangan yang Saling Melengkapi di Pilpres 2024
Dia mengatakan bahwa para menteri harus berani melakukan reformasi struktural untuk mencegah hal-hal yang membahayakan ekonomi makro.
"Saat itu saya sampaikan kepada para menteri Kita harus berani merubah ini, mereformasi struktural kita agar hal-hal yang membahayakan ekonomi makro kita ini bisa kita lakukan," ujar Jokowi.