Demokrat Pertanyakan Survei Charta Politika Sebut Ekonomi Era Jokowi Lebih Baik Ketimbang SBY
Demokrat hargai hasil survei Charta Politika menunjukkan 47,5 persen responden menyatakan ekonomi Indonesia lebih baik di era Jokowi ketimbang SBY.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei Charta Politika menunjukkan 47,5 persen responden menyatakan ekonomi Indonesia lebih baik di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketimbang saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan pihaknya menghargai hasil survei Charta Politika.
"Namun ada beberapa hal yang berpotensi problematik dan memerlukan penjelasan lebih lanjut terhadap hasil survei ini," kata Kamhar Lakumani kepada wartawan, Jumat (23/12/2022).
Kamhar menyebut selain tak etis, survei Charta Politika tidak apple to apple karena membandingkan pemerintahan yang telah selesai dan sedang berjalan.
"Karenanya menjadi patut dipertanyakan apa maksud dari survei Charta ini? Lagi pula untuk membandingkan dan menilai keberhasilan suatu pemerintahan itu memiliki dimensi yang luas," ujarnya.
"Pada sektor dan aspek apa saja yang menjadi penilaiannya. Misalnya dari sisi ekonomi, politik, hukum, demokrasi, sosial, hubungan internasional dan sebagainya. Ini mesti clean and clear," sambung Kamhar.
Menurut Kamhar, tak boleh menilai sesuatu hanya menggunakan pendekatan kuantitatif saja, namun harus dibarengi kualitatif untuk memotret penilaian para opinion leader yang berkompeten agar objektif.
"Ini yang mesti dilakukan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan objektif terhadap pemerintahan era Pak SBY dan era Pak Jokowi. Tak bisa sepotong-sepotong yang terbaca sesuai selera dan kepentingan saja," ucap Kamhar.
Baca juga: Jokowi Sebut Reshuffle Kabinet Mungkin Dilakukan
Ia mengaku pihaknya mendapat informasi dari sumber terpercaya bahwa ada potensi distorsi metodelogi pada survei Charta Politika.
Di mana, kata Kamhar, sampel dalam survei tersebut sudah terlebih dahulu dilakukan penggugusan (cluster) sesuai dengan preferensi politiknya, pada titik-titik basis Jokowi.
"Sehingga pada praktiknya mudah melakukan akrobatik untuk hasil survei yang sesuai dengan keinginan dalam rangka membentuk opini. Ini semakin menambah daftar problematik," ucap dia.
Karenanya, Kamhar menganggap wajar jika ada kecurigaan terhadap hasil survei Charta Politika tersebut.
"Oleh karena itu, wajar jika kemudian ada kecurigaan, jangan-jangan survei ini hanya untuk menjadi justifikasi membuat baliho ucapan terimakasih pada diri sendiri, dan menguatkan agenda politik perpanjangan masa jabatan presiden," ungkap Kamhar.
Baca juga: Rekam Jejak Charta Politika, Lembaga Survei yang Dipimpin oleh Pengusaha Restoran
Sebelumnya, Hasil survei Charta Politika menunjukkan 47,5 persen responden menyatakan ekonomi Indonesia lebih baik di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketimbang saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan sementara saat SBY memimpin hanya 40,4 persen publik menganggap lebih baik.
"Kalau kita lihat 47,5 persen menyatakan lebih baik pemerintahan Jokowi dan 40,4 persen menyatakan lebih baik pemerintahan SBY," kata Yunarto dalam rilis survei lembaganya secara virtual, Kamis (22/12/2022).
Yunarto menyebut pihaknya meminta tanggapan responden mengenai kemampuan kedua pemimpin tersebut mengelola krisis.
"Dulu Pak SBY mengalami tidak sebesar Pak Jokowi, situasi eksternalnya ada gangguan terkiat berakhirnya commodity boom yang selama pemerintahan SBY itu menjadi kontributor terbesar dari adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kenaikan harga batu bara, minyak sawit, dan karet," ujarnya.
Menurut Yunarto, ekonomi Indonesia agak guncang setelah berakhirnya commodity boom.
"Dan kita tahu kecenderungan ekonomi kita agak guncang setelah commodity boom selesai," ucap dia.
Baca juga: Survei Charta Politika: Tingkat Kepercayaan Publik Paling Tinggi ke TNI, DPR Paling Rendah
Berbeda dengan SBY, Yunarto menerangkan pemerintahan Jokowi menghadapi berbagai situasi seperti Pandemi Covid-19 hingga kondisi geopolitik perang Ukraina dan Rusia.
"Sementara pemerintahan Jokowi mengahadapi situasi pandemi dan geopolitik perang di Ukraina dan Rusia yang berpengaruh terhadap pangan dan energi terutama," ungkap Yunarto.
Survei dilakukan pada tanggal 8-16 Desember 2022, melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel sebanyak 1220 responden, yang tersebar di 34 Provinsi.
Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± (2.83 persen) pada tingkat kepercayaan 95 persen.