Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Bharada E Rajin Ibadah Tapi Membunuh Brigadir J, Romo Franz Magnis Suseso: Bukan Motivasi Pribadi

Menurut Romo Franz Magnis Suseso Bharada E membunuh Brigadir J bukan didorong motivasi pribadi, tetapi lebih menuruti perintah atasannya Ferdy Sambo.

Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Bharada E Rajin Ibadah Tapi Membunuh Brigadir J, Romo Franz Magnis Suseso: Bukan Motivasi Pribadi
Istimewa
Terdakwa Richard Eliezer alias Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Menurut Romo Franz Magnis Suseso Bharada E membunuh Brigadir J bukan didorong motivasi pribadi, tetapi lebih menuruti perintah atasannya Ferdy Sambo. 

"Di dalam situasi di bawah pressurenya dia juga tidak akan memikirkan sikap Yesus tadi dikatakan Yesus tadi, dia hanya 'Aku harus melakukan apa?' Saya oleh orang yang di atas kuasa benar disuruh, itu lalu dia tembak," ujar Romo Franz Magnis.

Lebih lanjut, Romo Franz Magnis mengatakan agama tidak mampu menjelaskan secara rinci bagaimana kebingungan yang dirasakan Bharada E pada saat itu.

"Jadi menurut saya ya segi agama tidak menambah banyak sekali, dia itu bingung. Tuhan juga melihat yang bingung," ucap Romo Magnis.

"Manusia juga mempunyai sistem hukum dalam rangka hukum, ditangani adil berarti memperhatikan sejauh mana dia bertanggung jawab," sambungnya.

Romo Franz Magnis Suseno
Romo Franz Magnis Suseno menilai perbuatan Bharada E membunuh Brigadir J  semata-mata hanya menuruti perintah dari atasannya saat itu, Ferdy Sambo. (Chaerul Umam/Tribunnews.com)

Sebelumnya, Romo Franz Magnis Suseno menyebut perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J sangat sulit dilawan Bharada E.

Romo Magnis awalnya berbicara soal kualitas moral seseorang ketika mendapat perintah untuk menembak orang.

Menurutnya, kualitas moral seseorang di dalam situasi tersebut sejatinya tergantung pada kesadaran orang itu sendiri pada saat itu.

Berita Rekomendasi

"Misalnya tergantung dari suara hati, suara hati mengatakan apa pada saat itu, bisa saja dia bingung karena berhadapan dengan dua norma yang satu mengatakan menembak mati orang yang sudah tidak berdaya tidak bisa dibenarkan titik," kata Romo Magnis dalam sidang.

"Yang kedua dia diberi perintah oleh orang yang berhak memberi perintah yang wajib ditaati supaya melakukannya, lalu dia harus mengikuti yang mana," sambungnya.

Romo menilai ketika berada di dua pilihan tersebut, dalam etika normatif seseorang yang menerima perintah seperti itu harus tetap menolaknya.

Namun, kata Romo, kerap kali orang dihadapkan dengan rasa bingung atas perintah yang sebenarnya salah tersebut.

"Dalam rangka kepolisian atau Brimob kalau mau di dalam situasi itu melaksanakan perintah adalah budaya yang ditanamkan di dalam orang-orangnya. Kita di Indonesia tahu sering pakai istilah laksanakan atau istilah siap," ucap Romo.

Untuk itu, dalam kasus Bharada E, Romo mengatakan sangat sulit untuk melawan perintah yang notabene pangkatnya jauh di atas Bharada E.

"Tetapi sekarang juga lakukan itu tipe perintah yang amat sulit secara psikologis dilawan, karena siapa dia, mungkin dia orang kecil, jauh dibawah yang memberi perintah sudah biasa laksanakan meskipun dia ragu-ragu, dia bingung itu tidak berarti sama sekali tidak ada kesalahan, tetapi itu jelas menurut etika sangat mengurangi kebersalahan," ungkapnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas