Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Empat Penyebab Cuaca Ekstrem yang Terjadi di Indonesia

Disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ada 9 wilayah yang perlu mewaspadai kondisi tersebut.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Empat Penyebab Cuaca Ekstrem yang Terjadi di Indonesia
BBC Science
Ilustrasi badai 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah daerah diprediksi akan diguyur hujan lebat hingga sangat lebat selama sepekan kedepan atau periode tanggal 27 Desember 2022 - 02 Januari 2023.

Disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ada 9 wilayah yang perlu mewaspadai kondisi tersebut.

Berikut wilayah dengan potensi hujan lebat hingga sangat lebat: Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Sementara potensi hujan lebat hingga sedang dapat terjadi di sebagian wilayah :

Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat, dan Papua.

"Selama periode 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023 perlu diwaspadai potensi hujan lebat hingga sangat lebat, bahkan sampai ekstrem terjadi," kata Dwikorita saat konferensi pers secara daring, Selasa (27/12/2022).

BERITA REKOMENDASI

Lalu apa penyebab cuaca ekstrem yang akan melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia itu, berikut penjelasan BMKG:

Baca juga: Hadapi Cuaca Ekstrem, PLN Kerahkan 4.910 Personel Amankan Sistem Kelistrikan Jakarta Raya dan Banten

Hal itu berkaitan dengan adanya peningkatan aktivitas atmosfer yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru), seperti

1. Monsun Asia atau angin yang bergerak dari arah barat membawa massa udara yang lebih banyak.

Kondisi dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Seruakan dingin Asia merupakan fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan. Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge atau arus lintas ekuatorial).


2. Adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator serta dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia.

3. Bibit siklon tropis 95W tumbuh di Samudra Pasifik sebelah Utara Papua Barat, tepatnya di sekitar 8.8°LU 130.9°BT, dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb.

Berdasarkan citra satelit Himawari-8 6 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem. Model prediksi numerik menunjukkan bahwa sistem ini bergerak ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia. Potensi sistem untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam kedepan berada dalam kategori Rendah.

4. Aktifitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan kedepan di wilayah Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas