Ray Rangkuti Menduga Sistem Proporsional Tertutup Sebagai Skenario Penyempitan Jumlah Partai Politik
Ray Rangkuti menduga penerapan Sistem Proporsional Tertutup merupakan skenario menyempitkan jumlah peserta Pemilu.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menduga penerapan Sistem Proporsional Tertutup merupakan skenario menyempitkan jumlah peserta pemilihan umum (Pemilu).
"Saya khawatir, penerapan soal proporsional tertutup bagian dari skenario dalam menyempitkan peserta Pemilu," kata Ray Rangkuti saat ditemui di Kantor ParaSyndicate, Jakarta Selatan, Rabu (4/1/2023).
Ia menjelaskan, jika sistem tersebut diterapkan, partai baru tidak akan mendapatkan apapun dalam Pemilu.
"Jadi sudah proporsional tertutup. Partai populer akan terpilih, partai baru enggak akan dapat apapun," jelasnya.
Ray Rangkuti mengatakan partai baru akan sulit terpilih.
Baca juga: KPU Akui Sudah Kaji Sistem Pelaksanaan Pemilu Proporsional Tertutup dan Terbuka
"Karena orang enggak lihat calegnya. Partai kurang sosialisasi, terus ditambah dengan parameter 4 persen," katanya.
Menurutnya, jika sistem proporsional terbuka diterapkan, partai yang tidak begitu populer dan kekurangan dana akan terbantu dengan kinerja Calegnya.
"Partai yang tidak begitu populer, duitnya tidak banyak itu terbantu dari kinerja Caleg-calegnya di bawah. Mereka kan kerahkan Caleg," ujarnya.
Baca juga: Golkar: Sistem Proporsional Terbuka Lebih Mewakili Suara Rakyat
Lebih lanjut, ia menegaskan dugaannya perihal sistem proporsional tertutup sebagai skenario agar mempersempit jumlah peserta partai politik.
"Tidak lebih dari lima (partai politik). Nah siapa itu? Ya kita lihat aja di survei," tegasnya.