Makna Hari Raya Kuningan bagi Umat Hindu: Kemenangan Dharma atas Adharma
Berikut makna hari raya Kuningan yang dirayakan umat Hindu pada Sabtu (14/1/2023) besok. Hari raya itu bermakna simbol kemenangan Dharma atas Adharma
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Sri Juliati
Tamiang dimaknai sebagai perayaan untuk emnjaga kemenangan dharma (kebenaran) saat perayaan Galungan.
Perlengkapan Tamiang berupa ter dan kolem yang membentuk senjata untuk memaknai agar selalu berperang melawan adharma.
Ada juga makna persembahyangan Kuningan tidak boleh dilakukan melewati jam 12.00 siang.
Diketahui, ada juga sesajen untuk Hari Raya Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yakni tebog, canang meraka, pasucian, dan canang burat wangi.
Untuk setiap rumah tangga membuat dapetan yang berisikan sesayut prayascita luwih nasi kuning dan lauk daging bebek.
Sesayut Prayascita Luwih berisikan dasarnya kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas) atasnya seperti cili, bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan bunga teratai putih.
Kemudian, dikelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil 11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah.
Sesajen ini dapat juga dipakai untuk sesajen Odalan, Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yadnya.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)