Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Remaja Culik dan Bunuh Bocah untuk Diambil Organ, Indonesia Dinilai Darurat Konten Negatif

Indonesia disebut mengalami darurat konten internet negatif, berkaca pada kasus penculikan dan pembunuhan anak di Makassar untuk diambil organnya.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Remaja Culik dan Bunuh Bocah untuk Diambil Organ, Indonesia Dinilai Darurat Konten Negatif
Kolase Tribunnews.com via TribunTimur.com
Bocah SD di Makassar, Sulawesi Selatan, MFS (11), menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Pelaku (kiri) nekat menculik dan membunuh MFS karena ingin menjual organ korban. - Indonesia disebut mengalami darurat konten internet negatif yang begitu mudah diakses oleh anak-anak. 

TRIBUNNEWS.COM - Indonesia disebut mengalami darurat konten internet negatif yang begitu mudah diakses oleh anak-anak.

Hal ini terkait kasus penculikan dan pembunuhan di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan pelaku dan korbannya masih di bawah umur.

Diketahui, bocah berusia 11 tahun berinisial MFD di Makassar, diculik dan dibunuh oleh remaja berinisial AD (17) dan MF (14).

Pelaku tergiur untuk menjual organ tubuh korban setelah mendapat informasi di internet tentang mahalnya harga organ manusia.

Anggota Komisi IX DPR RI sekaligus Ketua Bidang Ketahanan Keluarga, Kurniasih Mufidayati mengungkapkan, konten-konten negatif di internet sangat mudah diakses oleh anak-anak dan sudah di tahap mengkhawatirkan.

"Ini darurat, sudah situasi darurat menurut saya, harus bisa menjaga konten yang aman untuk anak-anak di dunia maya."

"Segera harus diblokir situs-situs yang berkaitan dengan penjualan organ, situs judi, dan situs lain yang negatif, harus dijauhkan dari anak-anak," ungkap Kurniasih, Kamis (12/1/2023) dalam talkshow Overview Tribunnews.

Baca juga: Pelaku Pembunuhan di Makassar Bukan Jaringan Jual Beli Organ Manusia, Polisi Telusuri Situs Yandex

Berita Rekomendasi

Kurniasih menekankan pengawasan konten di media sosial dan internet pada umumnya harus sudah dilakukan secara serius.

Hal senada juga disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dian Sasmita.

Ia menyebut sempat membuka mesin pencari Yandex yang digunakan pelaku penculikan dan pembunuhan untuk mencari informasi penjualan organ manusia.

"Saya sempat buka, itu gampang sekali tanpa ada filter, berbeda dengan Google," ungkap Dian Sasmita, dalam talkshow Overview Tribunnews, Kamis (12/1/2023).

"Kami mendesak Bareskrim di wilayah siber untuk segera menghapus laman-laman atau situs seperti itu," ujarnya.

Bocah SD di Makassar, Sulawesi Selatan, MFS (11), menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Pelaku (kiri) nekat menculik dan membunuh MFS karena ingin menjual organ korban.
Bocah SD di Makassar, Sulawesi Selatan, MFS (11), menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Pelaku (kiri) nekat menculik dan membunuh MFS karena ingin menjual organ korban. (Kolase Tribunnews.com via TribunTimur.com)

Baca juga: Pembunuhan Bocah di Makassar, Pelaku Tergiur Keuntungan Jual Organ Korban, Dokter: Tak Semudah Itu

Selain itu, KPAI juga meminta Kemenkominfo agar secara cepat meningkatkan lagi proteksi pada anak-anak dalam mengakses internet.

Namun selain mendesak Kominfo dan Polri, KPAI mengingatkan kepada para orangtua agar memberikan perhatian lebih pada anak di dunia maya.

"Internet ini ada sisi baiknya bagi anak, tapi juga ada sisi negatifnya."

"Dan sisi negatif bisa diminimalisir jika kita sebagai orangtua banyak membangun komunikasi dengan anak, ngobrol dengan anak, mendampingi anak ketika sedang mengakses internet," ungkapnya.

Lanjut Dian, anak yang sedang memiliki beban pikiran dan tidak bisa menemukan tempat yang nyaman untuk diskusi dan solusi, akan lari ke internet yang masih rawan akan konten negatif.

"Kembali lagi yang korban adalah anak-anak," ujarnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas