Bantah Rencanakan Pembunuhan Brigadir J,Ferdy Sambo: Seolah Saya Penjahat Terbesar Sepanjang Sejarah
Dalam nota pembelaanya atau pleidoi, Ferdy Sambo mengaku tidak merencakan pembunuhan ke Brigadir J, ia justru menyebut menghentikan Richard Eliezer.
Penulis: Linda Nur Dewi R
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Terdakwa Ferdy Sambo membacakan nota pembelaannya atau pleidoi atas kasus pemnubuhan Brigadir Yosua Hutabarat (Brigadir J).
Dalam pembelaannya, Ferdy Sambo membantah merencanakan pembunuhan kepada Brigadir J.
Menurutnya, apa yang terjadi pada Juli 2022 lalu merupakan hal spontan.
Ferdy Sambo menyebut jika hal spontan tersebut lantaran reaksi saat mendengar sang istri, Putri Candrawathi diduga mendapat pelecehan.
“Penasihat hukum yang terhormat, penderitaan yang menimpa saya hari ini dialami oleh peristiwa yang diawali dari peristiwa yang dialami oleh istri saya, Putri Candrawathi pada tanggal 7 Juli 2022."
"Pada tanggal 8 Juli 2022 istri saya yang terkasih Putri Candrawathi tiba dari Magelang dan menyampaikan bahwa dirinya telah diperkosa oleh almarhum Yosua sehari sebelumnya di rumah kami di Magelang,” ujar Ferdy Sambo, dikutip dari KompasTV, Kamis (26/1/2023).
“Majelis yang terhormat, pada saat pembicaraan dengan Ricky Rizal maupun Richard Eliezer di Saguling, sama sekali tidak ada rencana atau niat yang saya sampaikan untuk membunuh Yosua, sebagaimana yang dituduhkan penuntut umum dalan surat tuntutannya yang hanya bersandar pada keterangan terdakwa Richard Eliezer,” lanjutnya.
Baca juga: Kecewa Putri Candrawathi Masih Ngaku Ada Pelecehan, Ibu dan Bibi Brigadir J Singgung soal Bukti
Tidak hanya itu saja, Ferdy Sambo juga mengaku tidak ikut menembak Brigaidr Yosua.
Fersy Sambo mengaku justru dialah yang menghentikan Eliezer untuk tak lagi menembak Yosua.
“Entah apa yang ada di benak saya saat itu, tapi seketika itu juga terlontar dari mulut saya ‘Hajar Cad, hajar, kamu hajar Cad’ Ricard langsung mengokang senjatanya dan langsung menembak beberapa kali ke arah Yosua,” kata Ferdy Sambo.
“Peluru Richard menembus tubuh Yosua dan menyebabkan almarhum Yosua jatuh dan meninggal dunia,”
“Kejadian tersebut terjadi begitu cepat, ‘Stop, berhenti’ saya sempat mengucapkannya, berupaya menghentikan tembakan Ricard,” uajrnya.
Hal tersebut membuat Ferdy Sambo sadar bahwa saat itu telah terjadi penembakan yang menyebabkan Yosua Hutabarat meninggal dunia.
“Sontak menyadarkan saya bahwa telah terjadi penembakan oleh Ricard Eliezer yang dapat mengakibatkan matinya Yosua,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ferdy Sambo kemudian mengaku setelah kasus ini terungkap, ia merasa banyak tekanan.
Bahkan, saat dirinya masih menjadi anggota kepolisian dan menangani kasus pembunuhan, ia bahkan tidak melihat adanya tekanan yang begitu berat kepada tersangka.
"Selama 28 tahun saya bekerja sebagai aparat penegak hukum dan menangani berbagai perkara kejahatan termasuk pembunuhan, belum pernah saya menyaksikan tekanan yang begitu besar kepada seorang terdakwa."
"Sejak awal saya ditempatkan sebagai terperiksa dalam perkara ini, beragam tuduhan telah disebarluaskan di media dan masyarakat, seolah saya penjahat terbesar sepanjang sejarah manusia," kata Ferdy Sambo.
(Tribunnews.com/Linda)