Heboh Isu Resesi Seks, BKKBN Optimis Keinginan Generasi Muda Indonesia Bangun Keluarga Masih Kuat
Resesi seks mengacu pada menurunnya hubungan seks pada pasangan yang berimplikasi rendahnya keinginan untuk memiliki anak dalam sebuah keluarga.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia dihebohkan dengan isu resesi seks. Resesi seks sendiri mengacu pada menurunnya hubungan seks pada pasangan yang berimplikasi rendahnya keinginan untuk memiliki anak dalam sebuah keluarga.
Lantas bagaimana dengan di Indonesia?
Terkait hal ini,Penyuluh KB Ahli Utama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani, beri tanggapan.
Menurutnya Indonesia masih aman dari resesi seks.
"Kita masih optimis, nilai kekeluargaan masih sangat kuat. Keinginan generasi muda untuk membentuk keluarga masih sangat baik," paparnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (27/1/2023).
"Jumlah setiap perempuan di Indonesia punya anak kurang lebih dua atau 2,1 sekian. Ini menandakan bahwa masih ada keluarga yang memiliki anak yang bisa meneruskan generasi," kata Dwi.
Baca juga: BKKBN Ungkap Ciri-ciri Populasi Pernikahan Dini
Sesuai yang disebutkan pak presiden, Indonesia tidak mengalami resesi angka kelahiran.
Artinya keluarga Indonesia masih banyak dan melahirkan anak.
"Kalau di negara yang maju itu kan jumlah kelahirannya makin lama kan makin turun. Bahkan sudah di bawah satu rata-rata," kata Dwi menambahkan.
Beberapa negara maju yang saat ini tengah mengalami resesi kelahiran adalah Korea dan Jepang
Makin lama jumlah penduduknya makin sedikit.
"Kalau kita masih bertumbuh. Karena pembentukan keluarga yang baru masih ada, misalnya pengantin setiap tahun ada tambahan 2 juta dan kelahiran sekitar 4,8," paparnya lagi.
Kelahiran anak sendiri bisa dari penganti baru atau pasangan yang sudah memiliki anak sebelumnya.
Otomatis pertambahan generasi masih terpelihara keberadaannya.