Resesi Seks Tidak Terjadi di Indonesia, Begini Jawaban BKKBN Soal Risiko Ledakan Penduduk
Resesi ini dapat diartikan sebagai bentuk penolakan seseorang atau pasangan untuk memiliki anak atau memilih hanya punya sedikit anak.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dunia tengah heboh dengan isu resesi seks di beberapa negara.
Resesi ini dapat diartikan sebagai bentuk penolakan seseorang atau pasangan untuk memiliki anak atau memilih hanya punya sedikit anak.
Di sisi lain, pemerintah mengungkapkan jika Indonesia optimis tidak akan mengalami hal serupa.
Karena setiap tahun ada 2 juta pengantin baru dan angka kelahiran sekitar 4,8.
Hal ini disampaikan oleh Penyuluh KB Ahli Utama, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani.
Lantas, adakah kemungkinan Indonesia mengalami ledakan penduduk di saat negara lain sedang alami resesi seks?
Terkait hal ini, Dwi Liatywardani mengungkapkan jika pertumbuhan penduduk terkendali, sehingga tidak sampai jadi ledakan.
"Soal ledakan itu terkendali, tidak sampai meledak ya. Karena setiap keluarga rata-rata anaknya dua," ungkapnya
Artinya, kata Dwi tetap ada generasi pengganti tapi tidak sampai timbulkan lonjakan.
"Kalau yang disebut dengan ledakan (angka) kan melonjak tiba-tiba banyak," katanya lagi.
Pihaknya pun awalnya menyangka jika saat pandemi Covid-19 akan terjadi ledakan penduduk.
Karena pada saat itu pelayanan di puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan lainnya menurun.
Baca juga: Heboh Isu Resesi Seks, BKKBN Optimis Keinginan Generasi Muda Indonesia Bangun Keluarga Masih Kuat
Sehingga orang tidak bisa melakukan pelayanan keluarga berencana.
"Ternyata tidak. Jadi masyarakat tetap bisa mengendalikan dengan metode yang ada. Kader atau petugas juga membagikan KB pada keluarga yang butuh, ada kemudahan untuk itu," pungkasnya.