Ketua Umum PBNU Menilai Aksi Rasmus Paludan Bakar Alquran adalah Perbuatan Sia-sia
Gus Yahya menilai Paludan hanya orang putus asa yang hilang akal karena melihat kekalahan tak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyayangkan sikap Rasmus Paludan, ekstremis sayap kanan, dan politisi rasialis Swedia-Denmark, yang kembali melakukan aksi membakar Alquran.
Gus Yahya menilai Paludan hanya orang putus asa yang hilang akal karena melihat kekalahan tak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
Baca juga: Rasmus Paludan Kembali Bakar Salinan Alquran di Dekat Masjid dan Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen
"Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar," kata Gus Yahya dalam keterangan yang diterima, Minggu (29/1/2023).
Diketahui, Paludan kembali melakukan aksinya membakar salinan Alquran pada Jumat (27/1/2023) waktu setempat.
Aksi pembakaran kitab suci umat Islam dilakukan di depan masjid serta Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen, Denmark.
"Masjid ini tidak punya tempat di Denmark," kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebook-nya.
Menurut Gus Yahya, meski kitab umat Islam dibakar, jelas Alquran tidak sedikit pun menjadi hina karena perbuatannya. Perbuatan Paludan justru akan sia-sia.
Sebab, apabila dia bermaksud menjauhkan orang dari Alquran, perbuatan Paludan justru malah mendorong rasa penasaran mereka yang belum tahu isi Alquran.
Baca juga: Sosok Rasmus Paludan, Pria di Balik Aksi Pembakaran Al Quran Swedia, Pernah Bakar Patung Erdogan
Jika maksud pembakarannya untuk melampiaskan kemarahan kepada Turki, kata Gus Yahya, Alquran tidak menanggung apa pun yang menjadi tanggung jawab Turki.
"Kalau dia bermaksud menyerukan agar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya," ujar Gus Yahya.
Jika terjadi konflik universal atas perbuatan Paludan itu, kata Gus Yahya, tidak akan ada kelompok, termasuk kelompok Paludan, yang bisa menang.