PBNU Keberatan PKB Rayakan 1 Abad NU, SAS Institute: NU Itu Rumah Besar Perjuangan
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Ishfah Abidal Aziz menganggap PKB tidak pantas merayakan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU).
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Ishfah Abidal Aziz menganggap PKB tidak pantas merayakan Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU).
Ishfah merasa keberatan karena DPP PKB menyanyikan Mars Satu Abad NU dan mencantumkan logo Satu Abad NU.
Adapun acara tersebut bertajuk Sarasehan Nasional Satu Abad Nahdlatul Ulama, terselenggara di Jakarta 30 Januari 2023 lalu.
Acara tersebut tak hanya dihadiri kader PKB, tetapi juga warga dan keluarga besar NU secara umum, termasuk KH. Said Aqil Siroj selaku Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 dan 2015-2020.
Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Siroj Institute berpendapat bahwa tudingan itu kekanak-kanakan dan reaksioner.
“Nahdlatul Ulama sebagai organisasi bangsa telah berdiaspora pada lintas partai. PKB berhak turut merayakan Satu Abad NU, tidak boleh ada monopoli seperti itu. Kan PBNU bukan Event Organizer, ini organisasi umat dan bangsa jadi pikiran dan hati kita harus besar," kata dia dalam keterangan yang diterima, Rabu (1/2/2023).
Abi merasa kecewa dengan adanya protes dari PBNU.
Menurutnya, ini justru memperlihatkan friksi di antara kader NU, padahal jika PDI-P, Golkar dan PPP sekalipun ingin merayakan Satu Abad NU justru menunjukkan kelas NU.
“Tidak ada yang numpang-numpang di Nahdlatul Ulama, karena PBNU bukan terminal angkot yang membuka loket dan menjual karcis. Semua mencari berkah dan karomah para Kiai dan Ulama," kata dia.
"Ini rumah umat, pondasi bangsa, sendi negara. Musuh kita adalah kemiskinan, kebodohan dan ketamakan," tandas Abi.
Diketahui, dalam acara sarasehan tersebut, Ketum PKB Muhaimin Iskandar mengingatkan kembali dua fatwa atau warisan pendiri NU.
Baca juga: Sambut Satu Abad NU, PBNU Instruksikan Pengurus, Pesantren hingga Musala Gelar Istigasah 9 Hari
Pertama dari KH Hasyim Asyari yang berbunyi: "Siapa pun yang Berjuang dan Memperjuangkan NU, Maka Otomatis Menjadi Santriku" dan kedua dari KH Syamsuri yang mengatakan "Seluruh Hidupku, Aku Berjuang untuk NU".
Acara refleksi tersebut juga melibatkan para budayawan, akademisi dan praktisi dalam melihat dimensi perjuangan warga NU di masa depan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.