6 Makna di Balik Manuver Politik NasDem Temui Jokowi, Kunjungi PKB-Gerindra dan Golkar
Dalam beberapa hari terakhir, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan jajaran elite Partai NasDem jadi sorotan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan jajaran elite Partai NasDem jadi sorotan.
Sorotan politik NasDem diawali dengan Surya Paloh yang menemui Presiden Jokowi di istana pada Kamis 26 Januari 2023 lalu.
Di hari yang sama, sejumlah petinggi Nasdem yang dipimpin Wakil Ketua Partai Nasdem Ahmad Ali mengunjungi Sekretariat Gerindra-PKB.
Wasekjen PKB Syaiful Huda mengatakan perbincangan Gerindra-PKB dengan Nasdem adalah kemungkinan bergabung ke koalisi.
Baca juga: Setelah Jokowi dan Airlangga, Surya Paloh Bertemu dengan Luhut, Apa yang Dibahas pada Pertemuan Itu?
Sepekan kemudian, Surya Paloh sowan ke Kantor DPP Golkar pada Rabu (1/2/2023) dan disambut langsung oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Bahkan kemarin Surya Paloh makan siang bareng Menko Kemaritiman dan Investasi Luhur Binsar Pandjaitan di Restoran Kayangan, Wisma Nusantara, Thamrin, Jakarta, Jumat (3/2/2023).
Manuver politik Surya Paloh dan Partai NasDem itu pun jadi sorotan.
Lalu apa maksud manuver politik itu? Apakah ada kaitannya dengan isu reshuffle kabinet yang berhembus saat itu? Atau terkait dengan pencalonan Anies Baswedan sebagai presiden oleh NasDem?
Berikut ulasan ringan dan menarik dari sejumlah pakar politik di balik manuver NasDem itu seperti dirangkum Tribunnews.com pada Sabtu (4/2/2023) :
1. Perkuat Posisi Tawar
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh sedang memperkuat posisi tawarnya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Surya Paloh ingin menguatkan posisi tawar NasDem di hadapan presiden sebagai partai yang paling loyal mendukung kebijakan pemerintah bahkan sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta," kata Agung kepada Tribunnews.com, Sabtu (4/2/2023).
Selain itu, Agung menganggap bahwa Paloh ingin menjaga relasi politiknya dengan Jokowi setelah sempat memanas akibat mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (bacapres).
"Sehingga 'kesalahpahaman' yang sempat mengemuka bisa diminimalkan," ujar dia.
Namun, ia juga menilai jika baik Jokowi maupun Paloh sama-sama saling membutuhkan baik dalam konteks Pilpres 2024 atau setelahnya.
2. Perbaiki Komunikasi Politik
Pengamat politik Adi Prayitno menyebut rentetan peristiwa politik itu merupakan upaya Surya Paloh untuk merajut kembali komunikasi politik, khususnya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan, untuk bertemu dengan Surya Paloh, kata Adi, Partai Gerindra, PKB dan Golkar bisa jadi melakukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada RI 1.
"Makanya mereka jika ingin bertemu dengan NasDem, dengan tanda kutip harus kulun nuwon dulu ke Presiden," sambung Adi.
Oleh karena itu, Adi menilai, kunjungan Surya ke sejumlah partai politik itu sebagai upaya perbaikan komunikasi.
3. Alarm untuk PDIP
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Partai NasDem semacam memberikan alarm kepada PDIP.
Menurut Dedi, Partai NasDem mendapat tekanan dari PDIP hingga isu reshuffle mencuat setelah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden atau Capres 2024.
"Pertemuan NasDem dan Golkar ini semacam alarm dan aksi balasan dari tekanan yang diterima NasDem dari PDIP pasca deklarasikan Anies, termasuk karena PDIP paling gencar suarakan reshuffle NasDem dari kabinet," kata Dedi kepada Tribunnews.com, Kamis (2/2/2023).
Dedi juga menduga jika Partai NasDem sedang membangun kekuatan untuk melawan dominasi PDIP di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dedi menilai peluang kekalahan PDIP semakin menguat di 2024, terlebih jika Golkar masuk gerbong Koalisi Perubahan.
"Jika terjadi kesepakatan, dan Koalisi Perubahan mendapat tambahan Golkar, maka peluang kekalahan PDIP menguat, bahkan jika usung Jokowi kembali sekalipun," ujarnya.
Baca juga: Temui Airlangga hingga Luhut, Surya Paloh Sedang Perkuat Posisi Tawar ke Jokowi
4. Goda Golkar untuk Koalisi
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan pertemuan Surya Paloh dengan Airlangga membuka peluang Partai Golkar bergabung dengan Koalisi Perubahan.
Bahkan, kata dia, Partai Golkar dimungkinkan memiliki peluang menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping Anies lantaran Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) belum punya tokoh potensial di skema Capres.
"Dengan porsi suara di kabinet saat ini, Golkar dimungkinkan miliki peluang menjadi cawapres dari Anies," ucap Dedi.
Karenanya, Dedi menilai itulah alasan Surya Paloh mengatakan lebih prioritas ketemu Partai Golkar ketimbang Demokrat dan PKS.
"Dari situasi itu, maka wajar saja Golkar lebih prioritas, mengingat Demokrat dan PKS sudah berada di dalam," tegasnya.
5. Amankan Reshuffle Kabinet
Pengamat politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai manuver Surya Paloh bertujuan untuk mengamankan menterinya dari reshuffle pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Pangi juga mengungkapkan pertemuan ini adalah wujud komitmen Partai NasDem yaitu masih menjadi partai politik (parpol) pendukung pemerintah.
Terkait menteri NasDem ini, dirinya mengatakan tidak serta merta dapat diganti oleh orang lain hanya karena mengusung eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjadi capres 2024.
Hal tersebut lantaran Partai NasDem juga turut andil dalam kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin dalam kontestasi di Pemilu 2019 lalu.
6. NasDem Bisa Saja Lepas Anies
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan sulit untuk membayangkan Partai Nasdem akan terus mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) hingga Pilpres 2024.
Hal tersebut berkaitan dengan manuver yang dilakukan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ke Kantor Partai Golkar.
Bahkan, Surya Paloh juga berkunjung ke Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kalau melihat, rasa-rasanya sepertinya sulit kita membayangkan 100 persen Nasdem itu akan terus usung Anies hingga tuntas," ujar Adi saat dihubungi, Kamis (2/2/2023) dikutip dari Kompas.com.
Adi menyampaikan, dalam berbagai kesempatan, khususnya ketika bertemu Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Paloh terus menegaskan bahwa Nasdem solid dan ingin tetap menjadi koalisi pemerintah.
Sementara itu, pada saat yang sama, Anies Baswedan terus melakukan safari politik ke berbagai daerah.
"Di sinilah sebenarnya ke depan akan diuji apakah kekuatan lobi kubu pemerintah akan bisa mempengaruhi Nasdem supaya Nasdem kembali ke barisan politik pemerintah, tentu dengan catatan tidak mendukung Anies," ujar dia.
"Atau sebaliknya, Nasdem akan terus ngotot melawan politik pemerintah dan pisah jalan di 2024," kata Adi.
Oleh karena itu, Adi memprediksi, bisa saja Nasdem tidak akan ngotot lagi untuk membentuk Koalisi Perubahan bersama PKS dan Demokrat.
Dia menduga, Nasdem bisa saja masuk ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) atau koalisi Gerindra-PKB.
"Kalau KIB berkoalisi sama Nasdem tidak mungkin. Kenapa enggak mungkin? Kalau Nasdem masih ngotot mengusung Anies Baswedan, saya rasa KIB itu tidak mungkin akan bergabung dengan Nasdem," ujar dia.
Sumber: Kompas.com/Tribunnews.com (Fersianus, Ibriza Fasti Ifhami)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.