Akademisi: Politik Keummatan Diartikan Secara Sempit oleh Sebagian Kalangan di Indonesia.
Ia menjelaskan banyak kata Indonesia yang mengalami penyempitan makna, salah satunya makna dari kata 'umat'.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Daryono
Sejak Pemilu pertama, kekuatan partai Islam selalu kalah. Contohnya pada Pemilu tahun 1995, suara partai Islam hanya 43,7%.
Pada tahun 1995 persentasenya turun menjadi 34,2%. Pada Pemilu 2019, makin menurun menjadi 29,26%.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam cenderung lebih menggandrungi politik nasionalis ketimbang politik Islamis.
Siti Zuhro mengatakan umat Islam di Indonesia terbiasa hidup majemuk, yang menganggap agama sebagai urusan pribadi.
Kehadiran Parpol Islam dengan wacana negara Islam telah membuat tajamnya dikotomi santri abangan.
Sehingga kehadiran Parpol Islam dengan wacana negara Islam ternyata lebih banyak gagalnya.
"Kegagalan Parpol Islam selama ini antara lain disebabkan karena Parpol Islam gagal menjadikan dirinya sebagai rumah orang Islam dan cenderung menjadi rumah politik kaum santri atau eksklusif," ujar Siti.
"Padahal jumlah kaum abangan yang mayoritas kaum cilik, jauh lebih besar, karena secara statistik 2/3 umat Islam Indonesia buta huruf Qur'an dan rata-rata pendidikan mereka baru kelas 3 SMP," lanjutnya.(*)