Aktivis 98 Adian Napitupulu Bicara Isu Penundaan Pemilu: Sesuai Konstitusi Saja, Tak Usah Ditunda
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pena 98 Adian Napitupulu mengatakan Pemilu 2024 nanti tetap dilaksanakan sesuai jadwal lima tahunan.
Penulis: Naufal Lanten
Editor: Adi Suhendi
![Aktivis 98 Adian Napitupulu Bicara Isu Penundaan Pemilu: Sesuai Konstitusi Saja, Tak Usah Ditunda](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sekretaris-jenderal-sekjen-pena-98-adian-napitupulu-1213.jpg)
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persatuan Nasional Aktivis 98 (Pena 98) merespons soal isu penundaan Pemilu 2024.
Isu ini mencuat saat pandemi Covid-19 yang sempat mewabah di dunia, termasuk Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pena 98 Adian Napitupulu mengatakan Pemilu 2024 nanti tetap dilaksanakan sesuai jadwal lima tahunan.
"Kita rasa Pemilu sesuai konstitusi saja. Nggak usah ditunda-tunda, kecuali ada situasi luar biasa," kata Adian saat konferensi pers di Graha PENA 98, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (19/2/2023).
Adian menambahkan bahwa saat ini pihaknya sedang fokus membangun kriteria calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.
Dia mengungkapkan penundaan Pemilu 2024 tidak perlu dibahas kembali, karena mencoreng demokrasi.
Baca juga: SBY: Rakyat Sungguh Perlu Diberi Penjelasan Tentang Rencana Penggantian Sistem Pemilu
"Saya nggak mau lari dari konteks itu (penundaan Pemilu). Saya mau membahas kriteria. Sebab, kita nggak bahas ini satu jam selesai, tetapi sekian lama digodok literasinya," ujarnya.
Selain itu, Adian mengaku pihaknya mempelajari banyak literasi soal penyelesaian konflik, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), dan politik identitas.
Dia mengatakan pihaknya tidak ingin Capres 2024 yang diusung memiliki latar belakang yang buruk kepada masyarakat.
Baca juga: Isu Wiranto Gabung PAN Tidak Pengaruhi Soliditas Hanura Menangkan Pemilu 2024
"Ini sekian lama kita buat. Kita cari literasinya, kita belajar bagaimana penyelesaian konflik. Pelanggaran HAM, misalnya di Afrika Selatan, kita belajar Nelson Mandela. Kita belajar bagaimana kemudian simposiun tentang politik identitas di Wina tahun 1994. Kita coba mencari, kita elaborasi berhari-hari, berminggu-minggu,” kata Adian.
“Jadi, kita berharap negara ini tidak dipimpin oleh 1-2 orang, karena harusnya dipimpin oleh konstitusi," imbuhnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.