Indonesia Terbangkan Empat Pesawat Berisi 140 Ton Bahan Makanan untuk Korban Gempa Turki-Suriah
Sebelumnya pemerintah telah mengirim tim SAR, tim medis, rumah sakit lapangan ke Turki.
Penulis: Reza Deni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melepas keberangkatan sebanyak empat pesawat yang mengirimkan bantuan untuk para korban gempa Turkiye dan Suriah.
Dalam sambutannya, Jokowi menekankan soal pentingnya menjaga diplomasi kemanusiaan kepada semua negara
"Dan pada pagi hari ini kita akan mengirimkan 4 pesawat ke Turkiye dan ke Suriah yang berisi 140 ton bahan makanan dan bahan-bahan logistik lainnya yang sangat diperlukan di sana," kata Jokowi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: Gempa Susulan Magnitudo 6,4 di Turki Tewaskan 3 Orang
Jokowi menambahkan sebelumnya pemerintah telah mengirim tim SAR, tim medis, rumah sakit lapangan, serta pesawat Hercules yang diharapkan dapat membantu awal-awal evakuasi korban bencana.
"Kita harapkan apa yang kita kirimkan ini nanti dapat membantu saudara-saudara kita yang ada di sana," tandas Jokowi
Dalam kegiatan tersebut, hadir Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono.
Kemudian, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsdya TNI Henri Alfiandi, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan pejabat lainnya.
Diramal Diguncang Gempa Besar pada 2030
Ancaman gempa besar kembali menghantui penduduk Turki usai sejumlah penelitian dan ahli seismolog memprediksi kawasan Istanbul akan kembali diguncang gempa bumi besar pada 2030.
Prediksi ini diungkap, setelah gempa berkekuatan magnitudo 7,8 menghantam Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu hingga menewaskan lebih dari 45 ribu jiwa sementara jutaan orang kehilangan tempat tinggal akibat insiden tersebut.
"Gempa besar dengan perkiraan lebih dari 7.5 magnitudo diprediksi akan terjadi di Istanbul. Gempa semacam itu bisa menyebabkan kematian ratusan ribu orang dan juga total bangunan roboh dan rusak parah sekitar 50 ribu sampai 200 ribu," kata Seorang sarjana perkotaan Turki, Murat Gurney.
Melansir dari Ndtv, Istanbul sendiri merupakan wilayah yang terletak dibawah patahan utama di Turki.
Apabila sejumlah garis patahan di wilayah tersebut saling bergesekan maka hal itu berpotensi menyebabkan getaran energi besar yang dapat memicu pergerakan lempeng tanah.
Meski masih prediksi, namun bila kekhawatiran itu benar terjadi maka diperkirakan jumlah korban jiwa yang terdampak gempa Istanbul pada 2030 akan jauh lebih besar dari gempa sebelumnya.
Terlebih Istanbul sendiri merupakan kota terbesar dan rumah bagi 16 sampai 20 juta warga Turki.
Gurney menjelaskan korban jiwa dalam jumlah besar bisa terhindar bila pemerintah Turki segera mempercepat relokasi para warga yang tinggal di bangunan tak layak dan tempat kumuh. Karena penundaan relokasi penduduk bisa menyebabkan malapetaka di masa depan.
"Bangunan berisiko tinggi, yang mayoritas liar dan tidak tahan gempa, harus segera ditransformasi cara ini perlu diambil agar bangunan tersebut tidak roboh bahkan terhadap gempa kecil sekali pun," tambah Gurney.
Selain melakukan pemindahan, Gurney juga menghimbau pemerintah Turki untuk menggelontorkan dana pencegahan gempa guna membangun sejumlah bangunan tahan gempa.
Kendati ancaman gempa terus menghantui masyarakat Turki, namun Guney mengatakan masih ada peluang baik bagi Istanbul lantaran kota ini memiliki 150 ribu bangunan tahan gempa yang masih belum ditempati.
"Jumlah bangunan kosong cukup untuk mereka yang mau pindah dari bangunan risiko tinggi. Namun, keputusan tersebut hingga kini belum pernah diambil oleh pemerintah pusat," tutup Gurney