Kebakaran Depo Plumpang Bisa Picu Keresahan Sosial, Pengamat: Bos Pertamina Harus Tanggung Jawab
Peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang akan berdampak pada kelangkaan BBM di sejumlah SPBU.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi, Fahmi Radhi menilai peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang akan berdampak pada kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan menimbulkan keresahan sosial.
"Yang saya khawatirkan adalah Kemudian ini mengganggu pasokan yang di SPBU, itu yang menyebabkan adanya suatu kelangkaan. Nah kalau itu benar, jadi itu akan menyulut keresahan sosial juga," kata Fahmi, dalam tayangan Kompas TV, Sabtu (4/3/2023).
Ia pun menekankan kerugian besar saat ini sedang dialami Pertamina.
"Nah itu kerugian saya kira dalam jumlah yang besar," jelas Fahmi.
Dirinya pun meminta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati bertanggung jawab terkait peristiwa yang menimbulkan korban jiwa ini.
Baca juga: Kesaksian Warga Ungkap Detik-detik Depo Pertamina Plumpang Kebakaran, Sempat Ada Petir Menyambar
"Maka tadi salah satu usul yang saya sampaikan, Direktur Utama Pertamina harus bertanggung jawab, bentuknya bisa mengundurkan diri atau dia harus diundurkan, karena kerugian dan korbannya ini dalam jumlah yang besar ya," tegas Fahmi.
Terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati angkat bicara terkait insiden kebakaran di depo BBM atau Integrated Terminal Plumpang, Jakarta Utara, Jumat (3/2/2023) malam.
Ia memastikan pasokan BBM tetap aman dengan back up supply dari terminal terdekat yaitu Terminal BBM (TBBM) Tanjung Gerem, TBBM Cikampek, dan TBBM Ujung Berung.
Baca juga: Evakuasi Korban Tewas, Petugas Bolak-balik Angkut Kantong Jenazah dari Lokasi Kebakaran Plumpang
"Pasokan BBM juga diamankan melalui dukungan dari Kilang Cilacap dan Balongan yang disalurkan lewat laut ke TBBM Tanjung Priuk," ungkap Nicke dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (4/3/2023).
Ia melanjutkan, saat ini perseroan fokus menangani kejadian di Integrated Terminal Plumpang Jakarta, prioritaskan pemadaman dan evakuasi warga di sekitar lokasi.
Nicke juga menyampaikan bahwa penanganan kejadian tersebut bekerjasama dengan pihak terkait.
Baca juga: Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Sebagian Korban Alami Luka Bakar di Wajah dan Tangan
Nicke turut mengucapkan keprihatinannya dan permohonan maaf atas kejadian ini,
"Pertamina akan memberikan penanganan yang terbaik bagi masyarakat terdampak," jelas Nicke.
Pertamina membentuk tim gabungan dengan PT Pertamina Patra Niaga, fungsi terkait dan aparat penegak hukum untuk menginvestigasi penyebab terjadinya insiden malam ini.
"Kami akan melakukan evaluasi dan merefleksi menyeluruh di internal demi menghindari kejadian serupa terulang," pungkas Nicke.
Kobaran Api Belum Dapat Dipadamkan
Kobaran api di depo BBM atau Integrated Terminal milik Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, hingga kini belum padam.
Diketahui sebelumnya, telah terjadi kebakaran di lokasi tersebut pada Jumat (3/2/23) pada pukul 20:20 WIB.
Manager Communication and CSR Pertamina Patra Niaga Wilayah Jawa Bagian Barat, Eko Kristiawan mengatakan, saat ini pihaknya tengah fokus penanggulangan dan menahan kobaran api agar tidak meluas.
"Pertamina terus berupaya maksimal menanggulangi kejadian ini di lapangan agar tidak meluas," ungkap Eko dalam keterangannya, Jumat (3/3/2023).
Selain itu, lanjut Eko, saat ini Pertamina juga fokus pada penanganan kebakaran dan melakukan evakuasi terhadap pekerja maupun warga di sekitar lokasi, ke area yang lebih aman.
Terkait penyebab kejadian ini, Perseroan mengaku masih dalam tahap proses investigasi dan berkoordinasi dengan pihak berwenang.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan bahwa pihak medis telah terlebih dahulu melakukan triase atau identifikasi pada para korban yang mengalami luka-luka dan telah dibawa ke rumah sakit.
Yang memiliki luka ringan, kata dia, dapat menjalani perawatan di rumah.
Sedangkan mereka yang mengalami luka para dengan cakupan di atas 80 persen, maka harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
"Tentu kami melakukan triase sesuai prinsip kegawatdaruratan, ada yang memang sudah bisa pulang karena (luka) ringan, tapi juga ada yang (luka parah) di atas 80 persen," kata Widyastuti, di RSUD Koja yang dikutip dari tayangan Kompas TV, Jumat (3/3/2023) malam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.