Menkes Budi Gunadi Sadikin Ingatkan Ada Jutaan Anak Stunting, Jangan Sampai Jadi Kiamat Demografi
Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengatakan, pertambahan jumlah stunting sebanyak 5,2 juta orang pada 2021 dan turun ke 4,5 juta pada 2022.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin (BGS) mengatakan, pertambahan jumlah stunting sebanyak 5,2 juta orang pada 2021 dan turun ke 4,5 juta pada 2022.
Menurut Budi, akumulasi jumlah angka balita stunting tersebut bisa semakin tambah banyak, jika tidak segera diantisipasi.
"Jadi, kalau tiap 5 tahun sekira 5 jutaan (orang), kalau kita kali 3 tahun terakhir sudah 15 juta balita kita yang below average dari sisi intelektualitas. Jadi, kita harus memastikan bahwa jangan sampai demografic boom bonus jadi demografic doom karena banyak yang masuk sana intelektualitasnya di bawah rata-rata," ujarnya dalam peresmian Fasilitas Produksi Bahan Baku Susu Formula dan Susu Pertumbuhan PT Kian Mulia Manunggal, Cikarang, Selasa (21/3/2023).
Baca juga: CEO Tribun Network Dahlan Dahi: Mengurus Stunting Pekerjaan Mulia
Karena itu, Budi menilai pencegahan stunting pada dasarnya ada dua, di mana paling krusial adalah selesai masa pemberian ASI.
"Kita perlu cegah, nah mencegah stunting ada dua, pertama yang orang sering lupa, Ibunya saat hamil nggak boleh kurang gizi dan nggak boleh anemia, itu biasanya lupa. Kedua, memang baiknya ini biasanya kita ingat, bayi kita usia 6 bulan hingga 24 bulan sesudah selesai masa ASI eksklusif, pada saat dia mesti dikasih makanan tambahan," katanya.
Di periode itu biasanya terjadi kesalahan, yakni diberikannya karbohidrat sayur mayur dari harusnya dikasih protein hewani melalui telur, susu, ikan, atau daging.
Baca juga: Kampanye CukupDuaTelur BKKBN-Tribun Network Sukseskan Program Cegah Stunting di Indonesia
"Harus dikasih protein hewani. Jadi, anak-anak kita usia 6 bulan hingga 24 bulan adalah usia yang paling kritis prevalensi kenaikan stunting paling banyak di grup usia ini karena saat udah selesai ASI eksklusif, dikasih makanan tambahan sering salah, tinggal cari paling mudah yang mana," pungkas Budi.