Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peneliti BRIN Jelaskan Proses Penentuan Awal Ramadhan 1444 H Menurut Ilmu Astronomi

Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin mengungkapkan bagaimana proses dalam menentukan awal RamadHan 1444 H di Indonesia.

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Peneliti BRIN Jelaskan Proses Penentuan Awal Ramadhan 1444 H Menurut Ilmu Astronomi
Tribunnews/JEPRIMA
Ilustrasi proses penentuan awal Ramadan. |Anggota tim Hisab Rukyat memantau hilal di Gedung Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Jakarta Timur, Rabu (22/3/2023). Untuk melakukan pemantauan hilal, Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta akan menggunakan tiga alat teropong untuk melihat posisi hilal. Kemenag melakukan pemantauan hilal di 124 lokasi titik di seluruh Indonesia guna menentukan 1 Ramadhan 1444 H. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin memberikan penjelasannya terkait bagaimana proses penentuan awal Bulan Ramadhan 1444 H di Indonesia.

Thomas menyebut, untuk menentukan awal Bulan Ramadhan ini didasarkan pada dalil fiqih atau kuhum agama yang terbagi menjadi dua.

Yakni menggunakan rukyatul hilal dan wujudul hilal.

Untuk rukyatul hilal sendiri dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung dari ufuk barat.

Dari pengamatan tersebut kemudian diamati apakah bulan sabit pertama atau hilal terlihat atau tidak.

Baca juga: Hasil Sidang Isbat: Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 H/2023 pada Kamis 23 Maret 2023

"Jadi penentuan awal bulan didasarkan pada dalil-dalil fiqih atau hukum agama yang secara umum terbagi menjadi dua."

"Yang pertama yakni Rukyat, pengamatan langsung dari ufuk barat apakah bulan sabit pertama atau hilal itu terlihat atau tidak," kata Thomas dalam tayangan Breaking News Kompas TV, Kamis (22/3/2023).

BERITA REKOMENDASI

Namun dengan adanya perkembangan ilmu hisab atau perhitungan astronomi, Thomas menyebut rukyat ini juga bisa dihitung dari segi posisinya.

"Tetapi dengan perkembangan ilmu hisab atau perhitungan astronomi, Rukyat itu juga bisa dihitung dari segi posisinya. Jadi dengan astronomi bisa dihitung pada tanggal 29 Bulan Bulan Qomariyah."

"Seperti hari ini tanggal 29 Sya'ban itu bisa dihitung pada saat Maghrib, posisi bulan itu berapa derajat tingginya dari ufuk kemudian berapa jaraknya dari matahari."

Baca juga: BREAKING NEWS: Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan Jatuh pada Hari Kamis 23 Maret 2023

"Kemudian berdasarkan kriteria yang digunakan, itu bisa diperkirakan bisa terlihat atau tidak dengan kondisi cuaca cerah," ungkap Thomas.

Selanjutnya awal Ramadhan ini juga bisa dilihat dengan menggunakan kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah.


"Dan juga kalau kita perhatikan juga ada Ormas yang menggunakan kriteria wujudul hilal, yakni Muhammadiyah."

"Dengan posisi yang lebih tinggi itu jelas pada saat Maghrib ini sudah diatas ufuk. Sehingga bagi Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu sudah mengumumkan bahwa 1 Ramadhan jatuhnya tanggal 23 Maret 2023," jelas Thomas.

Baca juga: Tentukan Awal Ramadhan Tim Hisab Rukyat Kabupaten Jember Meneropong Hilal di Menara Setinggi 80 Meter

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas