Pengamat: Pembatalan FIFA Tak Akan Pengaruhi Kontestasi Politik Dalam Negeri
Adi Prayitno mengatakan event politik seperti pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah ajang piala dunia sepak bola U-20 tidak akan berefek negatif
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan event politik seperti pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah ajang piala dunia sepak bola U-20 tidak akan berefek negatif kepada para pihak yang dianggap biang kerok keputusan FIFA.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster sama-sama menolak kedatangan Timnas Israel ke Indonesia dan berlaga di Jawa Tengah maupun Bali.
Banyak pihak menilai bahwa pembatalan itu imbas dari penolakan kedua kepala daerah yang wilayahnya menjadi venue pertandingan tersebut.
"Rasa-rasanya event politik seperti pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah dan mencari kambing hitamnya siapa, rasa-rasanya tidak akan menjadi hukuman atas sosok yang jelas dianggap menjadi biang kerok," kata Adi dalam tayangan Kompas TV, Kamis (30/3/2023).
Adi mencontohkan bagaimana Partai Golkar menjadi pemenang pemilu tahun 2004. Padahal sebelumnya banyak aksi demonstrasi yang meminta Golkar dibubarkan karena dianggap sebagai gerbong kekuatan politik orde baru.
Kemudian pada tahun 2019 ada sekjen dan ketua umum partai berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun tak mempengaruhi posisi partai tersebut di pemilu 2019.
Bahkan juga ada Ketua Umum PPP Romahurmuziy ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK sebulan sebelum pencoblosan, tapi partainya, PPP tetap lolos ambang batas parlemen.
Menurut Adi, huru-hara dan isu politik sensitif apapun akan hilang di telan bumi dan diganti isu lain pada waktunya nanti.
Hal ini kata Adi, lantaran masyarakat Indonesia cenderung menentukan sentimen politiknya bukan di awal, tapi justru beberapa hari menjelang pencoblosan atau bahkan sebelum mereka datang ke TPS.
"Ini yang saya selalu mengatakan bahwa huru hara politik, isu-isu sensitif apapun sering kali hilang di telan bumi digantikan dengan isu lainnya," kata dia.
"Karena pada akhirnya pemilih kita itu menentukan sentimen politiknya bukan di awal atau jauh-jauh hari sebelum pemilu diputuskan. Tapi preferensi pilihan politik mereka ditentukan sehari dua hari sebelum mereka datang ke TPS," lanjut dia.
Baca juga: Tak Hanya Batal Tuan Rumah Piala Dunia U20, Indonesia Bisa Terkucil dari Sepak Bola Internasional
Sehingga menurutnya masalah pembatalan FIFA dipastikan akan meredup dan dilupakan oleh publik seiring berjalannya waktu.
"Sekarang menuju 2024 kurang lebih setahun. Bulan depan isunya sudah berubah. Isu Rp349 triliun transaksi mencurigakan itu jauh lebih mengemuka, lebih booming," jelas Adi.