3 Pakar Kelautan & Nelayan Obi Menjawab: Produktivitas Perairan Pulau Obi Masih Terjaga
Hasil penelitian mengungkapkan produktivitas perikanan di perairan yang secara administratif berada di Kabupaten Halmahera Selatan itu masih terjaga.
Penulis: Nurfina Fitri Melina
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Perairan pulau Obi diduga telah tercemar limbah logam berat. Khususnya di perairan sebelah barat pulau Obi, di mana terdapat aktivitas penambangan nikel. Namun, hasil penelitian mengungkapkan produktivitas perikanan di perairan yang secara administratif berada di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara itu masih terjaga.
Beberapa tim survei ekologi perairan yang melakukan survei di perairan seputaran pulau Obi memberikan konfirmsi tentang produktivitas perairan sekitar pulau Obi.
Tim Napoleon yang diwakili Prof Dr Inneke Rumengan, mengatakan produktivitas perikanan di perairan pulau Obi, dalam hal keragaman ikan-ikan karang, plankton dan makrobentos masih menunjukkan kondisi perairan yang produktif, khas perairan tropis pada umumnya. Dalam kurun waktu tahun 2015 hingga 2021 menunjukkan kondisi komunitas biota laut yang stabil, tidak ada tren penurunan.
“Tim kami mengamati langsung dengan menyelam, mengamati jenis-jenis ikan yang ada di sana. Dari tahun ke tahun, trennya relatif sama. Merujuk ke ikan-ikan terumbu karang, cenderung ada sedikit peningkatan, baik dalam jumlah maupun jenisnya pada tahun 2020-2021,” kata Prof Inneke.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan Inneke bersama tim, pihaknya menemukan berbagai varian ikan, baik jenis ikan permukaan (pelagis) maupun ikan dasar (demersal). Menurutnya, jenis ikan pelagis dan demersal dari ukuran kecil sampai besar keberadaannya masih melimpah di perairan Pulau Obi.
Dia mencontohkan jenis ikan pelagis besar yang ada di perairan Obi, seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol batik (Euthynnus affinis) sampai yang lebih besar lagi tuna (Thunnus spp). Sedangkan ikan demersal untuk konsumsi, seperti kerapu (Serranidae), kerapu tikus (Cromileptes altivelis), dan kakap (Lutjanus).
Lebih lanjut Inneke menjelaskan, produktivitas perikanan ditunjang oleh keberadaan plankton. Posisi plankton dalam mata rantai makanan organisme di laut sangat strategis. Plankton sebagai produsen bahan-bahan organik yang dibutuhkan organisme lain, menjadi penopang bagi kehidupan biologi laut yang ada di atasnya termasuk ikan.
“Data kami dalam hal plankton yang kami amati dari tahun ke tahun, dalam hal kelimpahan maupun indeks biologi, menunjukkan kondisi perairan cukup produktif. Jika plankton banyak, organisme pemangsanya juga akan banyak. Dan plankton itu menjadi makanan ikan,” terang Prof Inneke, yang juga mengajar mata kuliah Planktonologi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat).
Dalam kurun waktu 6 tahun itu, timnya melakukan pengamatan secara periodik di 29 titik. Salah satunya di perairan Kawasi yang berada di sebelah barat pulau Obi. Hasil pengamatannya jika dirata-rata dari tahun ke tahun, produktivitas perikanan di perairan Obi masih relatif sama.
Terkait jumlah hasil tangkapan ikan nelayan, biasanya fluktuatif dari waktu ke waktu, tergantung alat tangkap yang digunakan dan musim angin, sehingga menurutnya belum tepat dijadikan patokan untuk mengukur produktivitas sebuah perairan.
“Kalau melihat data penangkapan, belum tentu seperti itu, karena yang ada belum tentu tertangkap semua. Tergantung musim dan alat tangkap yang digunakan. Jadi penelitian kami (terkait potensi perikanan di Obi, red) lebih akurat karena kami mengamati secara langsung,” terangnya.
Selain melakukan penelitian langsung, timnya juga melakukan penelitian survei dengan mewawancarai para nelayan di sejumlah desa di Pulau Obi. Informasi yang digali mencakup jenis ikan yang ditangkap, peralatan yang digunakan, hingga digunakan untuk apa ikan tangkapannya itu.
“Nelayan di Kawasi menangkap ikan untuk konsumsi sendiri, atau hobi. Kalaupun berlebih untuk dijual di penampung setempat. Jumlah nelayan sudah berkurang karena sebagian besar telah bekerja di perusahaan yang ada di sana,” papar Prof Inneke, menjelaskan hasil penelitian survei yang dilakukan di Desa Kawasi yang berada di desa lingkar tambang Harita Nickel.
Tim survei lain yang dipimpin Dr M Janib Achmad, pakar ilmu kelautan dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, juga mengungkap perairan Pulau Obi secara keseluruhan merupakan perairan yang subur karena memiliki klorofil yang melimpah. Dengan produktivitas yang masih terjaga, masyarakat setempat hingga kini tetap memilih menjadi nelayan.