Indonesia Tak Perlu Libatkan Selandia Baru Bebaskan Pilot Susi Air: Ini Persoalan Internal Kita
Indonesia tidak perlu melibatkan pemerintahan termasuk tentara dari Selandia Baru untuk membebaskan pilot Susi Air, Kapten Philip dari penahanan
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar Dave Laksono menilai, Indonesia tidak perlu melibatkan pemerintahan termasuk tentara dari Selandia Baru untuk membebaskan pilot Susi Air, Kapten Philip dari penahanan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Pernyataan itu disampaikan Dave, karena menurut dia, Indonesia tidak kekurangan TNI yang mumpuni, lengkap dengan personel yang banyak.
"Kita memiliki TNI yang sangat canggih sangat mampu, sangat tangguh, sangat banyak. Jadi kita harus bisa menyelesaikan ini tanpa bantuan dari luar," kata Dave saat ditemui awak media di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/4/2023).
Terlebih kata Dave, penahanan yang dialkukan KKB terhadap Kapten Philip ini sejatinya merupakan persoalan biasa.
Seharusnya, TNI dan pemerintah Indonesia bisa menyelesaikan persoalan ini secara baik.
"Kenapa? Karena ini adalah persoalan internal kita yang sebenernya tidak besar akan tetapi dibesar-besarkan sehingga akhirnya kita kehilangan persoalan itu seperti," ucap Dave.
"Saya lihat tidak butuh (bantuan dari Selandia Baru). Kita sudah sangat mampu. Sekarang hanya kita mau atau tidak," tukas dia.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar Dave Laksono mendesak TNI melalui Panglima Laksamana TNI Yudo Margono, untuk bertindak tegas kepada Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Desakan tersebut dilayangkan Dave agar Kapten Philip yang merupakan pilot Susi Air dapat segera dibebaskan.
"Ya kita (Komisi I) sih tetap meminta agar ada ketegasan dari pihak TNI dari semua matra agar benar-benar bisa bertindak keras dan tegas kepada para OPM sehingga kapten phillip itu bisa dibebaskan," kata Dave saat ditemui awak media di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (5/4/2023).
Tak hanya itu, Dave juga meminta agar masyarakat dan tokoh masyarakat serta tokoh agama di Papua untuk dapat menghentikan stigma perbedaan.
Adapun perbedaan yang dimaksud yakni perihal warna kulit dan kondisi rambut setiap masyarakat.
"Dan juga selama semangat perbedaan di sana itu kan kulit terang, kulit gelap, rambut lurus, rambut kriting, itu masih terus dikembangkan maka akan terus terjadi operasi dan juga gesrekan antara masyarakat di Papua," kata Dave.
Baca juga: Soal Pembebasan Pilot Susi Air, Panglima TNI Sebut Diminta Sabar Agar Tak Gunakan Operasi Militer
"Itu yang harus kita lepaskan sehingga semuanya ini kita adalah satu NKRI," sambung dia.
Lebih jauh, Dave juga mendesak kepiawaian dari aparat penegak hukum yang dikerahkan dalam hal ini TNI dan Polri untuk bisa bertindak secara tepat sasaran.
Hal ini sekaligus untuk mencegah terjadinya upaya sporadis dari TNI yang malah dapat menyebabkan Kapten Philip terancam nyawanya.
"Ya itu kan makanya kepiawaian TNI dan timnya itu lah. Jadi benar-benar bisa langsung dapat tempatnya di mana langsung disergap dan juga langsung dibebaskan. Jadi serangan militer itu bukan sporadis akan tetapi tepat sasaran. Itu yang penting," tukas Dave.
TNI Lakukan Pendekatan Persuasif
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan, hingga kini personel gabungan TNI-Polri masih melakukan upaya persuasif untuk melepaskan pilot Susi Air yang ditahan di Papua.
Kata Yudo, pihaknya mengandalkan komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat termasuk dengan Bupati Nduga hingga tokoh agama.
"Kita tetap persuasif mengandalkan bupati nduga utk menyelesaikan dengan para tokoh agama tokoh masyarakat," kata Yudo kepada awak media di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta dikutip Selasa (4/4/2023).
Yudo menyatakan, hingga kini tidak ada upaya penyerangan secara frontal terhadap KKB yang menahan pilot Susi Air tersebut karena mengkhawatirkan kondisi keamanan masyarakat setempat.
Oleh karena itu, dirinya memastikan upaya persuasif akan menjadi cara utama yang dilakukan saat ini.
"Kita gamau menyerang frontal nanti korbannya masyarakat. Kasihan masyarakat kalau TNI maupun Polri menyerbu dengan cara-cara militer," tukas dia.
Meski begitu, Yudo belum dapat memastikan kembali soal kondisi terkini dari pilot Susi Air asal Selandia Baru tersebut.
"Belum ada perkembangannya. Saya gatau kondisinya, belum ada," tukas Yudo.