Suara Ade Armando Tercekat Saat Ceritakan Kejadian Pengeroyokan yang Jadi Alasannya Masuk PSI
Akademisi sekaligus pegiat media sosial Ade Armando yang kini bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menceritakan ulang peristiwa
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi sekaligus pegiat media sosial Ade Armando yang kini bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menceritakan ulang peristiwa pengeroyokan dirinya yang terjadi tepat satu tahun lalu.
Cerita itu ia sampaikan dalam konferensi pers PSI di Kantor DPP PSI, Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Hal tersebut ia ceritakan sebagai alasan dasar kenapa ia memilih bergabung dengan PSI.
Dalam proses bercerita, suara Ade sempat tersekat. Sesekali ia tampak diam sejenak sebelum melanjutkan ceritanya.
"Di rumah sakit, setelah saya melampaui masa kritis, dokter yang merawat saya menyatakan, saya harus bersyukur kepada tuhan," kata Ade sebelum diam sejenak.
Tampak dalam diamnya, Ketua Umum PSI Giring Ganesha Djumaryo dan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie yang berada di sebelahnya mengusap punggung Ade perlahan.
Lalu Ade pun melanjutkan ceritanya.
"Tuhan memberikan keajaiban. This is miracle, katanya. Saya bukan saja masih hidup, tapi tidak mengalami cidera yang berarti," ujar Ade.
"Sesuatu yang menurutnya ajaib mengingat level pengeroyokan yang dilakukan, seperti yang terekam oleh berbagai pengambilan gambar," tambahnya.
Sebagai informasi Ade baru saja bergabung menjadi kader PSI hari ini.
Alasan Ade bergabung tak lepas kaitannya pascaperistiwa yang menimpa dirinya tepat satu tahun lalu ketika ia dikeroyok massa saat demo menolak tiga periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Ade Armando Beberkan Alasannya Gabung PSI
Ade melihat ada dua isu besar yang dihadapi Indonesia saat ini dan harus dilawan. Dua isu ini ia percayai dapat dihadapi bersama PSI.
"Ada dua isu besar yang saya percaya dihadapi Indonesia, dan otu harus dilawan melalui partai politik dan DPR. Pertama korupsi, kedua intoleransi," tegasnya.
"Ini semua harus diubah. Dan cara untuk mengubahnya adalah dengan masuk ke dalam parlemen," tambahnya.