Peneliti UGM: Motif Separatisme KKB Semakin Sporadis Sejak Pemerintah Gencar Membangun Papua
Gabriel Lele menyatakan bahwa bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin bergeliat bahkan sporadis sejak tahun 2016.
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti sekaligus dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Gabriel Lele menyatakan bahwa bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin bergeliat bahkan sporadis sejak tahun 2016.
Dia mengemukakan bahwa tahun 2016 menjadi tahun dimana pemerintah gencar melakukan pembangunan di tanah Papua.
Hal itu disampaikannya pada dialog yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4/2023).
“Motif separatis menjadi motif utama dan eskalasi motif separatis mulai menaik sangat signifikan sejak tahun 2016. Mari kita rekleksikan ada apa di tahun 2016? Atau masa-masa setelah itu?,” tanya Gabriel kepada para audiens yang disiarkan langsung channel youtube FPCI UMY.
Gabriel menerangkan bahwa faktor Presiden Jokowi dikenal sebagai presiden paling sering ke Papua. Serta gencarnya langkah-langkah pembangunan dan percepatan infrasturuktur sedikit banyak memicu dan memcau gerakan separatis dan eskalasinya.
“Karena itu refleksi terdalamnya adalah bagaimana memosisikan hubungan antara tindak kekerasan dengan gerakan pembangunan. Apakah ini dapat meredam konflik atau memacu konflik lanjutan,” lanjut Gabriel.
Gabriel mengidentifikasi gerakan KKB akhir-akhir ini menampakkan skalanya yang semakin masif.
Kenekatan KKB semakin tinggi cenderung semakin percaya diri.
“Bagaimana tidak, 36 aparat TNI dan ini bukan dari unit sembarangan, unit Kopasus. kemudian diserang dan nasibnya belum jelas, konon ada 9 yang disandera KKB minta ditebus. Mudah-mudahan tidak ada eskalasi lebih lanjut,” jelas Gabriel.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim peneliti UGM, Gabriel mengemukakan titik-titik sporadis KKB tidak hanya pos keamanan yang dijaga TNI dan Polri.
Tapi juga pemukiman warga sipil yang kerapkali dibakar KKB. Lebih miris lagi, ketika masyarakat sipil justru yang paling banyak menjadi korban meninggal akibat kebrutalan KKB.
“Dari data yang kami himpun sampai juli 2022, lingkungan aparat termasuk Polsek dimana intinya ada kelompok aparat yang bertugas menjadi sasaran utama dari KKB. Tapi di luar itu, kita melihat ada eskalasi sebenarnya sudah semakin sporadis, brutal, tidak hanya pos-pos aparat bertugas, tapi juga wilayah perkampungan dimana sipil yang tidak memahami apa-apa antara Pusat dan Daerah itu banyak sekali kasusnya,” terang Gabriel.
“Semakin canggih peralatan yang dibawa aparat, semakin menarik perhatian KKB untuk diserang. Karena itu lingkungan aparat TNI/Polri menjadi sasaran utama serangan KKB,” sambungnya.
Gabriel kemudian memberikan solusi bagi pemerintah dengan menggunakan tiga pendekatan. Diantaranya adalah; dialog dan trust-building initiatives, pembangunan yang sensitif konflik dan langkah penegakkan hukum yang tegas tetapi humanis.