Contoh Khutbah Idul Fitri 2023: Idul Fitri adalah Hari Raya Fitrah
Berikut in contoh khutbah Idul Fitri 1444 H/2023 yang bertema 'Idul Fitri Adalah Hari Raya Fitrah', beserta link PDFnya
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Daryono
'Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.'
Ayat ini menjelaskan kesucian asal manusia sebelum ia tercemar oleh noda dosa. Dari ayat di atas, kita memahami bahwa potensi primer manusia adalah fitrah, yaitu suatu kecenderungan alami manusia untuk memihak pada kebenaran. Manusia merasa tenteram apabila mendapatkan kebenaran itu. Sebaliknya, semakin jauh dari kebenaran, maka hati manusia akan dipenuhi dengan perasaan gundah dan gelisah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa:
'Kebajikan ialah sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang. Sedangkan dosa ialah sesuatu yang terasa tak karuan dalam hati dan menyesakkan dada' (HR Ahmad).
Seperti halnya system imunitas bagi tubuh, fitrah sesungguhnya adalah system pertahanan untuk memelihara ruhani manusia agar selalu berada dalam koridor ilahi. Ketika ia mendeteksi adanya sesuatu yang menyalahi aturan ilahi, iapun bereaksi melawan. Maka perbuatan dosa menyebabkan hati tidak tenang dan menyesakkan dada. Begitulah cara kerja fitrah manusia, yang didesain sejalan dengan petunjuk Tuhan, yang tidak mungkin berubah, dan tidak akan menyalahi system yang ditetapkan untuknya.
Jama’ah Id yang dimuliakan Allah,
Begitu sempurnanya maha karya Allah SWT. dalam menciptakan manusia dengan potensi fitrahnya yang lurus, hingga Allah SWT menggambarkan manusia itu sebagai ahsani taqwim, yaitu makhluk yang diciptakan dalam mode terbaik.
لَقَْد َخلَْقنَااْلْْنَساَنِفيأَْحَسنتَْقويٍم ِِِ
'Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentul yang sebaik-baiknya.'
Tidak hanya fisik (jasmani), tetapi juga nafsani (psikis), dan ruhani. Lalu, Allah SWT. segera memperingatkan bahwa dibalik kesempurnaan penciptaannya itu, manusia sangat berpeluang untuk jatuh, terjerembab di tempat yang nista “asfala safilin”.
ثَُّمَردَدْنَاهُأَْسفََل َسافِِليَن
'Kemudian kami kembalikan dia di tempat yang serendah-rendahnya.'
Penggambaran al Qur’an ini seakan mengingatkan kita kembali pada kisah Adam (nenek moyang ummat manusia). Bagaimana dia dipersilakan hidup di surga bersama istrinya dan menikmati apa yang berada di surga itu dengan bebas semau mereka, tetapi dipesan untuk tidak mendekati pohon tertentu. Namun Adam melanggar ketentuan Tuhan dengan mendekati pohon dan memetik buahnya yang terlarang. Adam pun jatuh diusir dari surga secara tidak terhormat. Ini adalah simbolisasi dari keadaan kita semuanya. Karena kita ini adalah anak cucu Adam. Kita semua punya potensi untuk jatuh tidak terhormat, kalau kita tidak tahu batas, tidak bisa menahan diri. Derajat kemuliaan yang kita sandang hari ini, bila tidak kita jaga dengan hati-hati dan tidak mawas diri dapat membawa petaka di kemudian hari.
Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa “manusia itu selain memiliki potensi primernya yaitu fitrah, juga memiliki potensi sekunder yaitu lemah, atau dalam Bahasa al Qur’an disebut dha’if.
'Manusia diciptakan dalam kodrat yang lemah' (QS., an-Nisa: 28).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.