15 Karya Chairil Anwar, dari 'Aku' hingga 'Dendam'
Inilah kumpulan 15 karya sastra dari Chairil Anwar yang merupakan penyair legendaris Indonesia
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini karya-karya puisi dari Chairil Anwar.
Chairil Anwar merupakan sastrawan dan penyair Indonesia yang lahir pada 22 Juli 1922, di Medan, Sumatera Utara.
Ia merupakan putra dari mantan Bupati Indragiri, Riau, dan masih memiliki hubungan keluarga dengan Perdana Menteri pertama di Indonesia, Sutan Syahrir.
Adapun salah satu karya fenomenalnya sebuah puisi yang berjudul 'Aku', dari situlah Chairil Anwar mendapat julukan 'Binatang Jalang'.
Selain itu, penyair legenda di Indonesia ini telah melahirkan 96 karya sastra yang 70 di antaranya sebuah puisi dengan berbagai tema seperti kematian, individualisme hingga puisi dengan tema eksistensialisme.
Berikut ini beberapa karya Chairil Anwar yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber.
Baca juga: Sejarah Hari Puisi Nasional, Bertepatan dengan Wafatnya Sastrawan Indonesia, Chairil Anwar
Karya-karya Chairil Anwar
- Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.
- Sendiri
Hidupnya tambah sepi, tambah hampa
Malam apa lagi
Ia memekik ngeri
Dicekik kesunyian kamarnya
Ia membenci. Dirinya dari segala
Yang minta perempuan untuk kawannya
Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga
Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama
Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu?
Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!
- Sia-Sia
Penghabisan kali itu kau datang
Membawaku karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah itu kita sama termangu
Saling bertanya: Apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti.
Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
- Penghidupan