Profil Chairil Anwar, Sastrawan Indonesia yang Wafatnya Diperingati sebagai Hari Puisi Nasional
Berikut profil Chairil Anwar, seorang sastrawan dan penyair Indonesia yang telah menghasilkan 96 karya sastra, 70 di antaranya puisi
Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Tiara Shelavie
Chairil Anwar pun memilih untuk berpindah ke luar kota karena perceraian orang tuanya dan masuk ke sekolah MULO yang berada di Jakarta, serta bertahan hanya sampai kelas 2 saja.
Setelah itu pun Chairil Anwar mulai mempelajari bahasa belanda, bahasa Inggris, hingga bahasa Jerman dengan cara autodidak.
Hal itu membuat Chairil Anwar mampu mempelajari karya sastra dunia yang ditulis dari bahasa-bahasa asing.
Tepat pada tahun 1942, Chairil Anwar menciptakan karya pertamanya yang bertajuk 'Nisan' yang mana terinspirasi dari kematian neneknya.
Setahun setelah itu, Chairil Anwar mulai terus berkarya dan mengirimkan puisi-puisinya ke majalah Pandji Pustaka untuk di publikasi.
Namun masih banyak puisinya yang mendapat penolakan karena dianggap terlalu individualistis, seperti yang berjudul 'Aku'.
Dari penolakan tersebut, puisi karya Chairil Anwar hanya beredar di atas kertas murah dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.
Chairil Anwar pun bergaul dan bertukar ide dengan penulis-penulis lain, hingga dirinya menjadi pemimpim di antara Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin, hingga mendirikan majalah Gema Gelanggang.
Dari situlah ia dikenal sebagai pelopor Angkatan 45 karena telah berjasa dalam melakukam pembaharuan puisi di Indonesia.
Kemudian pada 22 April-28 April 1949, Chairil Anwar mengidap penyakit paru-paru dan usus yang membuatnya meninggal dunia di usia 27 tahun.
Sebelum meninggal dunia, Chairil Anwar dirawat di RSCM karena penyakit tifus.
Jenazahnya pun dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta pada 29 April 1949, sehari setelah kematiannya.
Baca juga: 20 Twibbon Hari Puisi Nasional, Beserta Cara Menggunakannya
Karya Chairil Anwar
A. Tahun 1942: Ia menciptakan sebuah sajak yang berjudul "Nisan".