Soal Survei LSI, Setara Institute Sebut Narasi Intoleransi Dipungut Negara Bukan untuk Diatasi
ia menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak sungguh-sungguh bekerja terkait pentingnya pencegahan intoleransi.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Johnson Simanjuntak
"Ini besar juga 4 dari 10 berarti 40 persen kalau digeneralisir seperti itu. Ini pengaruhnya karena dinamika konflik yang ada di luar negeri sana apakah di Afganistan, Palestina, atau karena ada ISIS dan seterusnya," sambungnya.
Ia melanjutkan atau ada faktor-faktor internal seperti dalam negeri di Poso dan tempat-tempat lain. Ketika peristiwa Ambon juga cukup banyak yang mau datang ke Ambon untuk membela umat seagamanya.
"Yang jadi perhatian saya dari survei ada empat pertanyaan, jawaban pertanyaan saya melihat inkonsisten. Kalau orang mau pergi untuk membela umat seagama di luar. Kalau dikaitkan dengan tiga pertanyaan lainnya seperti tidak nyambung, harusnya juga besar," kata Arskal.
"Kalau mau sejauh itu mereka mau berangkat untuk berperang membela umat beragama. Yang dekat seperti ini jadi seperti anomali," tegasnya.
Adapun sebelumnya Survei LSI terbaru pada diseminasi temuan survei nasional sikap publik atas kekerasan ekstrem, toleransi dan kehidupan beragama di Indonesia.
Menyatakan yang paling berbeda jawaban responden dari 4 pertanyaan, bahwa 4 dari 10 orang setuju berperang di negara lain untuk membela agama.
Adapun pada surveinya LSI menanyakan pertanyaan kepada responden dengan wawancara tatap muka. Dilakukan oversample di 4 wilayah yakni wilayah DKI Jakarta+Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Masing-masing wilayah dibagi 600 responden, sehingga total sample yang dianalisis pada laporan LSI sebanyak 3.090 responden.
Pada pertanyaan yang ditanyakan kepada responden pada pernyataan ikut berperang di negara lain untuk membela umat agama saya yang dianiaya.
"Yang setuju pada pertanyaan ini sangat setuju 5 persen, setuju 31 persen, kalau kita total 36 setuju. Ada lebih dari 50 persen menyatakan tidak setuju," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan pada paparannya, Kamis (4/5/2023).
Kemudian pada pertanyaan melakukan pembalasan terhadap anggota kelompok yang menyerang agama saya.
"Yang setuju sekitar 15 persen, yang tidak setuju mayoritas lebih dari 75 persen," sambungnya.
Lalu untuk pertanyaan mendukung organisasi yang memperjuangkan agama saya walaupun terkadang organisasi tersebut melanggar hukum.
"Itu yang setuju 12 persen, yang tidak setuju mayoritas lebih dari 74 persen," lanjutnya.