Usai Vonis Teddy Minahasa, Ahli Minta Sejumlah Bukti Diungkap
Selain barang bukti, menurut Reza, yang juga perlu dicermati juga adalah soal pemeriksaan urine Dody Prawiranegara.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah vonis eks Kapolda Sumatra Barat Teddy Minahasa dibacakan hakim pada Selasa (9/5/2023) di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, ternyata masih banyak misteri yang belum terungkap terkait barang bukti.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyoroti hal ini.
Beberapa yang menjadi perhatian Reza di antaranya seperti terkait sabu yang diganti dengan tawas.
"Perlu penjelasan dari Polri soal tawas, yang katanya dipakai sebagai pengganti sabu, itu sekarang di mana?" ujar Reza saat dihubungi, Rabu (10/5/2023).
Selain itu, soal kesamaan sabu yang disita di Jakarta dengan yang ada di Bukittinggi yang hingga kini belum ada pembuktian ilmiah.
Sehingga membuat kabur dari mana sebenarnya asal-usul sabu tersebut.
"Sabu di Jakarta otentik dengan sabu di Bukittinggi? Kalau beda, berarti bukan hasil penyisihan. Lantas, dari mana sabu itu," sambung Reza.
Selain barang bukti, menurut Reza, yang juga perlu dicermati juga adalah soal pemeriksaan urine Dody Prawiranegara.
Menurut Reza, hal itu perlu diungkap demi keadilan dan kebenaran.
"Dody Prawiranegara menjalani pemeriksaan urine? Apa hasilnya, positif atau negatif," tuturnya.
Yang juga masih menjadi misteri hingga kini, menurut Reza, adalah sosok pimpinan yang disinggung oleh Direktur dan Wadir Resnarkoba Polda Metro Jaya.
Menurut Reza, ini perlu diungkap agar anggapan soal adanya konspirasi, rekayasa kasus, dan kriminalisasi terhadap Teddy Minahasa dampak perang bintang di Polri bisa terjawab kebenarannya.
Baca juga: Beda Reaksi Teddy Minahasa dengan Dody Prawiranegara usai Dengar Vonis Perkara Narkoba
"Perkataan Direktur dan Wakil Direktur Resnarkoba Polda Metro Jaya bahwa mereka sebatas melaksanakan pimpinan. Dari sisi pidana, bukankah itu mengarah ke wrongful conviction atau kriminalisasi terhadap Teddy Minahasa? Dari sisi organisasi kepolisian, itu patut dikhawatirkan sebagai perang bintang yang destruktif (dysfunctional)," imbuhnya.