Geopolitik, Diplomasi Internasional, dan Pertahanan Akan Jadi Salah Satu Visi & Misi Ganjar Pranowo
Hasto mengajak para perwira itu untuk mengambil inspirasi dari aplikasi teori geopolitik Soekarno, yang menjadi topik disertasi doktoralnya di Unhan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto memberi kuliah umum kepada siswa Pendidikan Reguler Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) TNI Angkatan ke-61 di Jakarta Selatan.
Ia memotivasi para perwira muda TNI agar membangun kultur untuk berani berimajinasi dan mengeluarkan ide tentang bagaimana merancang pertahanan negara Indonesia masa depan, sehingga benar-benar menjadi terkuat di dunia.
Hasto mengatakan hal itu dalam kuliah umum bertema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya, yang diikuti oleh 118 orang siswa Dikreg Seskoal TNI angkatan ke-61 pada Jumat (12/5/2023).
“Mari mulai hari ini, anda-anda semua para perwira siswa, kita berimajinasi bahwa TNI ke depan betul-betul jadi kekuatan terhebat. Bahwa semua itu mungkin, tak ada yang mustahil jika kita berani berimajinasi dan membuat ide disertai dengan sebuah tindakan strategis yang terukur,” kata Hasto.
Baca juga: Rektor Unhan Sebut Pentingnya Pendidikan Militer Profesional dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Hasto mengajak para perwira itu untuk mengambil inspirasi dari aplikasi teori geopolitik Soekarno, yang menjadi topik disertasi doktoralnya di Unhan.
Namun sebelum itu, terlebih dahulu dipaparkan Hasto mengenai teori tersebut.
Intinya, pemikiran geopolitik Soekarno itu didasarkan pada ideologi Pancasila yang bertujuan membangun tata dunia baru berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
Termasuk pentingnya menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip koeksistensi damai (peaceful coexistence) serta berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat dan berkeadilan.
Ada tujuh variabel geopolitik Soekarno, yaitu demografi, teritorial, sumber daya alam, militer, politik, ko-eksistensi damai serta sains dan teknologi.
Dari ketujuh itu, dua variabel yang paling mempengaruhi adalah politik dan diplomasi internasional, serta variabel ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Hasto lalu memaparkan bagaimana 7 instrument of national power tersebut harus disimulasikan menjadi power.
Hasto pun memberi beberapa contoh aplikasinya.
Salah satunya adalah bagaimana geopolitik digunakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno untuk membebaskan Irian Barat.
Menyadari bila Irian Barat dikuasai Asing maka akan menjadi pisau belakang kapitalisme yang setiap saat bisa menusuk Indonesia maka dibangun kesadaran rakyat mengenai kesatuan dari Sabang sampai Merauke.