Bareskrim Polri Koordinasi dengan BSSN Selidiki Serangan Siber ke Bank Syariah Indonesia
Bareskrim Polri mulai bergerak melakukan penyelidikan terkait dengan dugaan serangan siber terhadap Bank Syariah Indonesia (BSI) hingga sempat eror.
Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bareskrim Polri mulai bergerak melakukan penyelidikan terkait dengan dugaan serangan siber terhadap Bank Syariah Indonesia (BSI) hingga sempat eror.
Direktur Tindak Pidana Bareskrim Polri Brigjen Adi Vivid menyebut pihaknya kini tengah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk mengusut hal itu.
"Tim Siber kita sudah turun bersama stakeholder Siber lainnya di bawah kendali dan kordinasi BSSN untuk sama-sama melakukan langkah-langkah mitigasi sesuai tupoksi masing-masing," ujar Adi Vivid dalam keterangannya, Sabtu (20/5/2023).
Selain pengusutan, Adi Vivid mengatakan pihaknya juga membantu pemulihan buntut serangan siber terhadap BSI itu.
"Intinya membantu pemulihan atau recovery sekaligus memulai proses penyelidikan," imbuhnya.
Baca juga: Polri Tunggu Laporan untuk Usut Kasus Dugaan BSI Diretas Hacker
Di sisi lain, Adi Vivid juga mengatakan pihaknya telah mendapat informasi jika pihak BSI akan membuat laporan untuk mempermudah penyelidikan.
"Info yang saya dapatkan dari pihak BSI akan buat laporan polisi," kata Adi.
Diketahui, Akun twiter @darktracer menyebut bahwa kelompok peretas LockBit 3.0 mengaku bertanggungjawab atas gangguan layanan pada Bank Syariah Indonesia (BSI).
Gangguan pada sistem perbankan yang telah berlangsung berhari-hari itu akibat serangan Ransomware.
Para peretas juga mengumumkan, mereka telah mencuri 15 juta data terkait pelanggan, karyawan, serta internal bank tersebut.
"Geng ransomware LockBit mengaku bertanggung jawab atas gangguan semua layanan di Bank Syariah Indonesia, menyatakan bahwa itu adalah akibat dari serangan mereka. Mereka juga mengumumkan telah mencuri 15 juta catatan pelanggan, informasi karyawan, dan sekitar 1,5 terabyte data internal," tulis akun itu yang dikutip pada Sabtu (13/05/2023).
Dalam unggahan itu juga terlampir data-data yang telah mereka curi.
Peretas juga mengancam akan menjual belasan juta data tersebut ke web gelap, jika negosiasi gagal.