Jalan Terjal di Senayan Versi Made Urip
ia mengaku bersyukur karena selama hampir lima periode duduk di Senayan dapat melewati jalan terjal yang penuh onak dan duri dengan selamat.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Muhammad Zulfikar
Onak dan duri berikutnya menurut Made adalah menjaga elektabilitas dan popularitas sekaligus. "Popularitas dan elektabilitas harus dijaga. Tapi harus lebih berat ke elektabilitas. Elektabilitas diraih dengan kerja keras, baik di lapangan maupun dalam rapat-rapat di Senayan. Popularitas bisa diraih dengan pencitraan baik di media massa maupun media sosial. Tapi popularitas bukan jaminan, karena banyak anggota DPR yang populer di media tetapi ternyata tidak terpilih kembali pada pemilu berikutnya. Lebih baik kerja dalam senyap," urainya.
Terbukti, Made Urip selalu mendapatkan suara tinggi di setiap pemilu. Bahkan di Pemilu 2019, sosok yang dicintai rakyat Bali terutama krama adat, krama subak dan petani ini mendapatkan 255.130 suara atau peringkat 7 nasional untuk caleg DPR RI di seluruh Indonesia.
Capaian ini tak mengherankan, karena ia meniti karier di partai dari bawah, mulai dari 1982 sebagai koordinator kecamatan (korcam), pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Kabupaten Tabanan (1987), utusan Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Surabaya, Jawa Timur (1993), Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Bali, 15 tahun menjadi pengurus DPD PDIP Bali, dan tiga periode menjadi Ketua DPP PDIP.
Apalagi MU, panggilan akrabmya, dikenal sebagai pejuang arus bawah, juga pejuang partai dari zaman tidak enak di bawah tekanan rezim Orde Baru.
Ditanya soal adanya pembatasan lima periode dari PDIP sehingga dirinya tidak dicalonkan lagi, Made Urip menjawab diplomatis. "Kalau pun ada pembatasan demikian, tak masalah. Sebab lima periode itu bukan waktu yang pendek. Terima kasih telah diberi kepercayaan dan kesempatan. Kita legawa saja dan siap ditugaskan di mana pun oleh partai," kata kelahiran Tabanan, Bali, 31 Desember 1959 ini.
Ke mana setelah nanti pensiun dari Senayan? Made mengaku akan kembali ke habitatnya sebagai anak petani, dengan menjadi petani, atau menekuni kembali profesi lamanya sebelum menjadi anggota DPR, sebagai guru. "Tapi yang jelas momong cucu," tutur sosok yang santun, bersahaja, rajin dan merakyat ini.
Ditanya mengapa tidak maju ke Senayan lewat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI?
Made Urip kembali menjawab diplomatis, "Sampai detik ini saya masih orang partai, Bung!"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.