Bikin Buku Hingga Museum, Ragam Cara Indonesian Gastronomy Community Angkat Makanan Lokal ke Dunia
IGC diketahui adalah sebuah komunitas memajukan Indonesia melalui kecintaan terhadap makanan dan minuman beserta nilai kebudayaannya.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beragam cara dilakukan Indonesian Gastronomy Community (IGC) mengangkat gastronomi Indonesia ke dunia.
IGC diketahui adalah sebuah komunitas memajukan Indonesia melalui kecintaan terhadap makanan dan minuman beserta nilai kebudayaannya.
Baca juga: ATRA Tourism Forum 2023: Gastronomi Berpeluang Tingkatkan Konektivitas ASEAN Lewat Pariwisata
Pada momen hari jadi ke-3, Para pendiri IGC berharap bahwa di tahun ke tiga ini IGC dapat berkembang menjadi organisasi yang diakui oleh para stakeholders – tidak saja di Indonesia – namun dunia lewat beragam kegiatan yang dilakukan.
“Kami melihat bahwa IGC sudah banyak terlibat dalam kegiatan yang mendukung pemerintah dalam semakin memperkenalkan makanan khas Indonesia, antara lain keterlibatan dalam ‘Indonesia Spice Up the World’ yang merupakan program pemerintah dan penerbitan buku Handrawina Adiboga Nusantara bagi perwakilan Indonesia di bawah naungan Kementerian Luar Negeri,” kata wakil pendiri IGC, James Budiono, dikutip Senin (29/5/2023).
Dijelaskan, di buku Handrawina Adiboga Nusantara, komunitas ini mengangkat beberapa pangan lokal untuk jamuan makan perwakilan Indonesia di luar negeri, antara lain tumpeng punar, nasi gudeg, nasi liwet, lontong sate ayam, nasi pecel, gado-gado, nasi goreng, selat Solo, dan beragam kudapan seperti singkong goreng, loempia, lemper, dan bakwan udang.
Makanan tersebut disajikan dengan perencanaan brunch, makan siang, makan malam, risjsttafel, coffee morning, afternoon tea, dan cocktail party.
“Kami berupaya untuk dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak agar makanan khas Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri, namun juga di luar negeri, sambut Ria Musiawan, Ketua Umum IGC.
“Tahun ke depan ini, kami akan bersinergi dengan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia untuk mengangkat gatronomi Bali Kuno.”
Baca juga: Sandiaga Uno: Salatiga Ideal Jadi Kota Gastronomi di Indonesia
Beberapa tahun ini, IGC melalui program Gastronosia melakukan rekonstruksi makanan dari prasasti, yaitu di Prambanan pada tahun 2021 dan di Borobodur pada tahun 2022 bersama Balai Konservasi Budaya Jawa Tengah dan restoran Bale Raos, dan membuat Popup Museum Gastronomi Indonesia Bersama dengan Siji Solusi Digital.
Materi-materi ini akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris untuk dapat dipromosikan ke luar negeri bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan diaspora Indonesia yang memiliki restoran.
Berdasarkan diskusi yang pernah diselenggarakan IGC dengan nara sumber perwakilan Indonesia di beberapa negara dan pemilik restoran Djawa di Perancis, Stephani Dambron, menyimpulkan bahwa warga asing menyukai makanan Indonesia – walau rasa pedas harus dikurangi – karena kaya akan rasa dan menggunakan bahan makanan beragam.
Pada kegiatan di dalam negeri, berupa Lomba Tumpeng saat perayaan HUT Indonesia dan Indonesian Cooking Festival (ICF), IGC yang diikuti oleh para peminat makanan, perguruan tinggi, pelajar dan Asosiasi jasa boga untuk dapat terlibat keanekaragaman budaya Indonesia.
IGC juga telah meluncurkan Museum Gastronomi Indonesia pada tahun 2021, dan berencana untuk membuat museum fisik ke depannya.
Saat ini IGC sedang menyusun buku Tumpeng Indonesia yang didukung oleh para Dewan Pakar IGC.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.