Gen Z dan Milenal Disebut Tidak Tertarik Partai Berbasis Simbol Agama, Pangi: Pendekatannya Kaku
Pangi menerangkan bahwa Gen Z dan Milenal sudah mulai masuk, tidak lagi kepada afiliasi tentang agama.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyebutkan bahwa Gen Z dan Milenal tidak tertarik dengan partai berbasis simbol agama.
Menurut Pangi, Partai Islam pendekatannya terhadap konstituennya cenderung kaku.
Demikian hal itu disampaikannya pada diskusi bertajuk Peluang Partai Politik Islam pada Pemilu 2024, diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jumat (16/6/2023).
"Kalau kita cermati partai ID di Indonesia orang yang merasa dekat dengan partai politik baik secara psikologi, ideologis, membership, partisipan. Itu memang ada kecenderungan pada hari ini partai-partai berbasis ID ini mereka merasa dekat dengan partai politik bukan karena afiliasi agama," kata Pangi.
Jadi mereka kata Pangi, cenderung memilih itu karena lebih kepada organisasi dan selera.
"Dan Generasi Z atau milenial justru tidak tertarik dengan partai berbasis simbol agama. Sementara data terakhir Voxpol itu sudah hampir 60 persen data pemilih kita Gen Z dan Milenal," sambungnya.
Baca juga: Terdaftar dari Dua Parpol, Dedi Mulyadi Tegaskan Tidak Pernah Tandatangani Jadi Caleg Golkar
Pangi menerangkan bahwa Gen Z dan Milenal sudah mulai masuk, tidak lagi kepada afiliasi tentang agama. Jadi mereka cenderung kepada partai-partai yang lebih ada programnya, visi misi dan lainnya.
"Dan ini menjadi tantangan bagi partai-partai Islam itu pendekatannya cukup kaku. Gen Z dan Milenal ini pendekatannya dengan cara yang berbeda, masuk kepada hobi, profesi, lifestyle," jelasnya.
Menurut Pangi partai politik Islam cenderung kurang mampu memahami citarasa atau selera dari Gen Z dan Milenial.
"Sehingga Partai Islam semakin kesulitan menjadi kekuatannya yang dominan atau diperhatikan. Lalu bagaimana masa depan Partai Islam? Saya pikir akan tetap ada tetapi untuk menjadi kekuatan yang dominan atau diperhitungkan cukup sulit," tutupnya.