Fenomena EL Nino Membuat Suhu Laut Indonesia Jadi Lebih Dingin, BMKG Ingatkan Potensi Kekeringan
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengungkapkan fenomena El Nino menyebabkan suhu laut di Samudera Pasifik menghangat.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengungkapkan fenomena El Nino menyebabkan suhu laut di Samudera Pasifik menghangat.
Akibatnya, potensi curah hujan di Indonesia menurun hingga terjadi kekeringan.
"El Nino adalah fenomena yang berbeda dari biasanya di Samudera Pasifik. Sayangnya di Samudera Pasifik ini perilakunya tidak selalu sama setiap tahun, kadang-kadang lebih hangat dari biasanya, kadang-kadang lebih dingin," kata Supari dalam diskusi publik bertajuk Fenomena El Nino: Dampak dan Solusi Terhadap Pelayanan Publik, Jakarta Selatan, Selasa (20/6/2023).
Supari melanjutkan kondisi Indonesia lebih dingin selama periode 2020 sampai 2022.
"Lalu yang diprediksi sekarang yang mana lautan di Samudera Pasifik menghangat dari biasanya kisaran 1 sampai 2 derajat. Jadi anomalinya naiknya 1 sampai 2 derajat tapi kerena laut yang begitu luas maka menimbulkan dampak terhadap iklim," katanya.
Baca juga: Kembalinya El Nino Berpotensi Perparah Inflasi
Dikatakan Supari meskipun lautan mengalami penyimpangan, tetapi suhu laut dengan atmosfer terhubung.
"Maka ketika suhu lautnya berubah, atmosfernya berubah dan itu yang kemudian mengakibatkan iklim di Indonesia berubah," jelasnya.
Kemudian Supari juga menyebut fenomena El Nino bisa menyebabkan potensi kekeringan di Indonesia.
"Indonesia itu disebut kolam hangat, jadi laut Indonesia cenderung hangat suhunya sekitar 29 derajat. Tempat yang hangat awan mudah terbentuk. Problemnya saat El Nino laut Indonesia mendingin sehingga kita susah terbentuknya awan" kata Supari.
Baca juga: Tekan Harga Pangan Saat El Nino, Beras Asal India Akan Banjiri Pasar Indonesia, Bagaimana Harganya?
Dikatakan Supari menghangatnya suhu Samudera Pasifik menyebabkan awan bergeser.
Sehingga, curah hujan berkurang.
"Awannya pindah ke Samudera Pasifik karena suhunya menghangat. Lokasi bergesernya pertumbuhan awan itulah yang menyebabkan kita kurang hujan," tegasnya.