Indonesia dan AS Luncurkan Kemitraan Baru di Bidang Iklim dan Konservasi Senilai 50 Juta Dolar
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengumumkan peluncuran kemitraan baru
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Arif Fajar Nasucha
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengumumkan peluncuran kemitraan baru di bidang iklim dan konservasi, Senin (17/7/2023).
Kerja sama kedua negara yaitu Perjanjian Bilateral Kerangka Kerja Bilateral FOLU Net Sink, yang mendukung upaya-upaya Indonesia untuk mencapai tujuan Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.
Perjanjian bilateral yang ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, dan Administrator USAID Samantha Power.
Perjanjian ini akan mendukung upaya-upaya Indonesia untuk mencapai tujuan Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 yang secara resmi telah diluncurkan oleh Presiden Jokowi saat Konferensi COP 26 di Glasgow bulan November 2021.
Hal ini telah dituangkan ke dalam Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 yang diterbitkan dengan Surat Keputusan Menteri LHK di bulan Februari 2022.
“Perjanjian Bilateral yang baru ini merupakan tindak lanjut dari Fact Sheet Gedung Putih yang dibahas oleh Presiden Jokowi dan Presiden Biden saat pertemuan bilateral di KTT G20 di Bali tahun lalu,” kata Menteri Nurbaya dalam keterangannya.
Baca juga: Kadin dan Polres Metro Jakarta Timur Gelar Audiensi, Ciptakan Iklim Kondusif Investasi Jelang Pemilu
Pada bulan Mei 2022, KLHK menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan USAID Indonesia sebagai wujud dukungan Amerika Serikat terhadap implementasi Rencana Operasional tersebut.
Ini menjadi MoU yang pertama dari sejumlah MoU bilateral lainnya yang mendukung FOLU Net Sink 2030.
Siti Nurbaya mengatakan, selama Pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia telah mencatat kemajuan yang mengesankan di bidang konservasi hutan.
Penurunan laju deforestasi hingga 65 persen dalam tujuh tahun terakhir, menjadi yang terdepan di dunia dalam meningkatkan perlindungan hutan.
Kemitraan baru ini akan terus dibangun berdasarkan pencapaian-pencapaian tersebut.
Menteri Nurbaya menekankan bahwa Perjanjian Bilateral tersebut merepresentasikan peranan pendanaan iklim untuk mendukung upaya-upaya Indonesia selama ini dalam mencapai agenda FOLU Net Sink 2030.
Agenda ini membutuhkan pengeluaran yang diproyeksikan sebesar USD 14,57 miliar, yang hingga saat ini terutama bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia.
Baca juga: Sri Mulyani Wanti-wanti Potensi Kerugian Negara 3,45 Persen dari GDP di 2030 Akibat Perubahan Iklim
“Perjanjian Bilateral ini akan membantu upaya-upaya Indonesia yang telah berjalan dalam pencegahan degradasi hutan; rehabilitasi mangrove dan restorasi gambut; serta perlindungan satwa liar Indonesia yang luar biasa,” kata Administrator USAID Samantha Power.
“Dukungan ini akan melanjutkan upaya yang dilakukan Indonesia selama tujuh tahun terakhir untuk mengurangi deforestasi hingga hampir dua pertiga. Dan dukungan ini akan membantu melestarikan sumber daya vital yang diberikan oleh hutan Indonesia yang indah dan menakjubkan: penyerap karbon yang sangat penting untuk menstabilkan iklim.”
Melalui Perjanjian Bilateral yang baru ini, USAID bermaksud memberikan kontribusi hingga 50 juta dolar AS selama lima tahun guna mendukung Tujuan iklim dan keanekaragaman hayati dalam agenda FOLU Net Sink 2030.