Peringatan Dini BMKG Kamis, 20 Juli 2023, Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di 25 Wilayah
Sebanyak 25 wilayah mendapat peringatan dini cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (20/7/2023).
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Daftar wilayah yang mendapat peringatan dini cuaca ekstrem pada Kamis (20/7/2023).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sebanyak 25 daerah berpotensi mengalami cuaca eksrem.
Dari total tersebut, sebanyak 18 daerah hujan lebat, disertai petir dan angin.
Kemudian, empat daerah diperkirakan hujan disertai angin dan petir, sedangkan tiga wilayah berpotensi angin kencang.
Berikut daftar peringatan dini cuaca ekstrem di wilayah Indonesia pada Kamis, 20 Juli 2023, dikutip dari Bmkg.go.id:
Baca juga: Peringatan Dini BMKG Gelombang Tinggi 20 Juli 2023: Waspada di Perairan Utara Sabang Capai 6 Meter
Wilayah berpotensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang:
- Sumatera Utara
- Sumatera Barat
- Riau
- Kep. Riau
- Bengkulu
- Sumatera Selatan
- Kep. Bangka Belitung
- Kalimantan Barat
- Kalimantan Tengah
- Kalimantan Utara
- Kalimantan Timur
- Sulawesi Utara
- Sulawesi Tengah
- Sulawesi Tenggara
- Maluku Utara
- Maluku
- Papua Barat
- Papua
Wilayah berpotensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang:
- Aceh
- Jambi
- Lampung
- Kalimantan Selatan
Wilayah berpotensi angin kencang:
- Bali
- Nusa Tenggara Barat
- Sulawesi Barat
Baca juga: Cuaca Besok - BMKG: Hujan Lebat Diperkirakan Terjadi di 18 Wilayah pada Kamis, 20 Juli 2023
Pemicu Cuaca ekstrem
Dikutip dari situs BMKG, Bibit Siklon Tropis 98W terpantau di Samudra Pasifik sebelah utara Papua dengan kecepatan angin maksimum 20 knots dan tekanan udara minimum 1004.5 hPa yang bergerak ke arah Barat laut.
Potensi sistem untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada pada kategori sedang.
Sistem tersebut, menginduksi peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) yang terpantau di Samudra Pasifik utara Halmahera-Papua. Sistem ini juga membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di Filipina dan di Samudra Pasifik.
Kondisi itu, selanjutnya mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah low level jet/konvergensi tersebut.
Sirkulasi Siklonik pun terpantau di Perairan Barat Sumatera Barat yang membentuk daerah konvergensi yang memanjang dari Bengkulu hingga perairan barat Sumatera Barat.
Kemudian, daerah konvergensi lain juga terpantau memanjang dari Aceh hingga Selat Malaka, dari Sumatera Barat hingga Sumatera Utara, di Kep. Riau, di Kalimantan Utara, dan di Papua.
Kondisi tersebut, mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)