Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hendropriyono: Banyak Negara Sudah Bentuk Angkatan Perang Ke-4, Indonesia Kapan?

Angkatan perang ke-4 itu adalah angkatan siber yang punya kepala staf-nya sendiri sebagaimana angkatan perang yang sudah ada.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Hendropriyono: Banyak Negara Sudah Bentuk Angkatan Perang Ke-4, Indonesia Kapan?
Tribunnews.com/Danang Triatmojo
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono dalam acara bincang buku Mimpi Tentang Indonesia yang ditulis Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas/mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Selasa (25/7/2023). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono mengatakan sejumlah negara sudah membangun angkatan perang ke-4, selain angkatan udara, darat dan laut.

Angkatan perang ke-4 itu adalah angkatan siber yang punya kepala staf-nya sendiri sebagaimana angkatan perang yang sudah ada.

Hal ini disampaikan Hendropriyono selepas menghadiri acara bincang buku Mimpi Tentang Indonesia yang ditulis Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas/mantan Pemimpin Redaksi  Harian Kompas Budiman Tanuredjo di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Selasa (25/7/2023).

“Kita tahu beberapa negara sudah membangun angkatan perang menjadi 4 angkatan. Bukan hanya angkatan darat laut udara, tapi (sudah ada) angkatan siber dan ini ada kepala stafnya sendiri. Jadi sekarang sudah ada tentara angkatan ke-4,” kata Hendropriyono.

Mertua dari mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Andika Perkasa ini mengatakan perang yang ada di depan mata adalah perang psikologi atau psychological warfare dengan medan serangan di dunia maya dan siber.

Baca juga: Hendropriyono Tanggapi Isu Jadi Beking Ponpes Al-Zaytun: Waspada Aja Hati-hati

Bahwa perang yang ada di depan mata ini adalah psychological warfare, perang psikologi yang medan perangnya adalah dunia maya, siber.

Berita Rekomendasi

Perang siber ini, lanjut dia, tidak bisa ditangani hanya oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) atau Badan Intelijen Nasional (BIN).

“Dan ini tidak bisa ditangani hanya oleh badan siber nasional dan badan intelijen lain,” ungkapnya.

Angkatan perang ke-4 yang sudah dibentuk oleh sejumlah negara tersebut punya struktur berbeda dengan badan yang kini dimiliki oleh Indonesia.

Bedanya, angkatan perang ke-4 punya sifat komando.

Sedangkan organisasi yang dimiliki Indonesia soal penanganan perang siber hanya organisasi staf.

Angkatan perang siber, kata Hendropriyono, dikhususkan untuk perang dan diisi 90 persen sipil yakni para hacker atau peretas terpilih.

Sedangkan badan intelijen di Indonesia umumnya justru mengurusi aspek lain seperti ekonomi politik.

“Dalam ilmu organisasi lain organisasi staf dengan organisasi komando. Karena angkatan siber memang khusus untuk perang, sedangkan di intelijen kita yang umum untuk aspek lain, ekonomi, politik. Kalau ini hanya khusus untuk perang, dan 90 persen sipil. Jadi para hacker,” kata dia.

Hendropriyono pun mengatakan Indonesia sepatutnya sadar bahwa era sekarang sudah berubah, dan tak boleh disikapi secara diam.

Apalagi perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence kian menyulitkan membedakan mana hoaks dan mana yang benar.

“Kita harus sadar bahwa kita ini berada di era yang seperti ini, dan kita tidak bisa diam saja. Tiba - tiba kita diserang kita tidak bisa berbuat apa-apa, jangan kan bertahan, kita nggak bisa menyerang balas,” kata Hendropriyono.

 

Kaderisasi Generasi Z

Berbicara di tempat serupa, Wali Kota Bogor yang juga Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Bima Arya mengatakan banyak pekerjaan rumah yang harus disiapkan sejak dini untuk membentuk generasi Z menuju Indonesia Emas Tahun 2045.

Mengingat generasi Z, saat ini, masih anak bawang tapi mereka yang nantinya menjadi calon pengelola pemerintahan.  

Baca juga: Bima Arya: Keberpihakan Hari Ini Tentukan Masa Depan Generasi Z

Hal ini disampaikan Bima dalam acara bincang buku Mimpi Tentang Indonesia yang ditulis Wakil Pemimpin Umum/mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Selasa (25/7/2023) sore.

Acara bincang buku Mimpi Tentang Indonesia yang ditulis Pemred Harian Kompas Budiman Tanuredjo di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Selasa (25/7/2023)
Acara bincang buku Mimpi Tentang Indonesia yang ditulis Wakil Pewmimpin Umum/mantan Pemred Harian Kompas Budiman Tanuredjo (kedua dari kiri) di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta, Selasa (25/7/2023) (TRIBUNNEWS/Danang Triatmojo)

“Yang sekarang masih anak bawang, anak ingusan, tapi mereka nanti yang mengelola. Kita siapkannya bagaimana? Mau kita siapkan mereka di tengah kultur pragmatis dan sektarian? Nggak bisa,” kata Bima. 

Baca juga: Menuju Transformasi Ekonomi di Indonesia Emas 2045, Menko Airlangga Ungkap Lompatan Besar Pemerintah

Menurutnya, keberpihakan semua elemen, hari ini, termasuk pemerintah, akan menentukan kematangan para generasi muda di masa depan. Berkenaan dengan itu pula lanjut Bima, Apeksi  secara serius selama dua tahun terakhir menggandeng anak muda untuk berkolaborasi bersama pemimpin kota. 

“Jadi keberpihakan kita hari ini menentukan kematangan mereka di masa depan, makanya di apeksi kami sudah 2 tahun ini sangat serius menggandeng anak muda berkolaborasi bersama pemimpin kota,” katanya.

“Jadi nggak asing dengan birokrasi, nggak kayak termajinalkan dengan pemerintahan. Kita siapkan kanal kepemimpinan buat mereka, jangan sampai leadership scoutingnya itu mentok di jalur itu itu lagi. Jalur partai oke, jalur birokrasi oke, tapi harus ada jalur komunitas kreatif, harus ada jalur dari anak muda yang saat ini punya kompetensi luar biasa kalau berbicara tentang hal-hal untuk 2045,” pungkas Bima.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas