Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengukuhan Guru Besar FEB UI, Sari Wahyuni: Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy

Dalam pengukuhan gelar barunya nanti, Sari akan menyampaikan pidatonya berjudul 'Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Erik S
zoom-in Pengukuhan Guru Besar FEB UI, Sari Wahyuni: Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy
Tribunnews/Ibriza Fasti Ifhami
Pakar Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Prof. Sari Wahyuni, S.I.P., M.Sc., Ph.D. menjadi satu di antara akademisi yang bakal dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UI, pada Sabtu (29/7/2023). 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Prof. Sari Wahyuni, S.I.P., M.Sc., Ph.D. menjadi satu di antara akademisi yang bakal dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UI, pada Sabtu (29/7/2023).

Sari mengatakan, dalam pengukuhan gelar barunya nanti, ia akan menyampaikan pidatonya berjudul 'Repositioning Strategy Investasi di Era Circular Economy'.

Baca juga: Prof Hendri Dwi Saptioratri Dikukuhkan Sebagai Guru Besar FT UI

Secara garis besar, Sari menyampaikan, banyak negara yang tidak memiliki keberlimpahan sumber daya alam (natural resources) bisa berkembang pesat investasinya.

"Seperti Singapura, Thailand yang berhasil membangun value chain automotive dan dikenal sebagai Detroit of Asia, demikian juga Malaysia yang termasyhur sebagai the Silicon Valley of the East," kata Sari, dalam konferensi pers di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (28/7/2023).

Keberhasilan negara-negara tersebut dalam mengembangkan iklim investasi di negaranya, menurut Sari, dilatarbelakangi oleh respositioning strategy (penyesuaian ulang strategi).

"Disinilah repositioning strategy diperlukan, dari strategi investasi umum menuju strategi yang lebih innovation driven, unik dan memiliki daya saing yang berkelanjutan. Untuk itu, kita harus merubah mindset dan melakukan change management di setiap lini bisnis," jelas Sari.

Berita Rekomendasi

"Strategi investasi yang dirancang harus 'pintar, cermat, dan tangkas' dengan melihat peluang yang ada," sambungnya.

Sari memandang, masa pandemi Covid-19 yang melemahkan laju investasi menjadi waktu yang tepat untuk melakukan respositioning strategy.

"Inilah yang dilakukan Inceon ketika membuka Kawasan ekonomi khususnya, mereka
mencanangkan diri sebagai basis global innovative growth untuk industri-industri pilihan di bidang bio/healthcare, smart manufacturing, knowledge/tourism services, aviation, serta complex logistics," kata Sari.

"Strategi ini dibarengi dengan pembuatan value chain yang terintegrasi dan pembentukan daya saing daerah yang berazaskan pada Resource Based View dan Dynamic Capability, yaitu kombinasi antara sumberdaya yang bergharga, langka, tak tertandingi, dan kemampuan yang mumpuni. Walhasil, totalitas yang diterapkan berhasil menjadikan bandara Incheon menjadi the best airport in the world," lanjutnya.

Tiga Pilar Tahap Investasi

Sari  menyebutkan, kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk menarik investasi. Ia menyebutnya sebagai tiga pilar tahap investasi, yang dijelaskannya sebagai berikut:

Baca juga: KLHK: Konsep Ekonomi Sirkular Dapat Menekan Jumlah Sampah Plastik

Tahap pertama, faktor penggerak ekonomi adalah kebutuhan dasar untuk investasi, seperti makro ekonomi yang bagus, infrastruktur yang memadai, dan lain-lain.

Di samping itu, kehadiran perusahaan-perusahan besar seperti 'seven samurai' di Penang yang berhasil menarik 'crony capitalism'-nya untuk invest di kawasan industri yang sama sangatlah diperlukan.

Pada tahap kedua, peningkatan efisiensi pada proses produksi, keberadaan supply chain yang andal; kualitas produk; kesiapan teknologi, tenaga kerja terlatih serta akses ke sumber-sumber keuangan perlu dipersiapkan.

Di era digital saat ini, perusahaan dan pemerintah perlu memfasilitasi digital transformation, sehingga investor dengan mudah terhubung dengan data-data penting dan saling berkolaborasi satu sama lain.

Seperti di Penang di mana perusahaan justru membuat laboratorium bersama dan saling bertukar pikiran tentang teknologi terkini di bidangnya. Coopetation (kombinasi antara cooperation dan competition) perlu digalakkan sehinga masing-masing perusahaan berlomba meningkatkan daya saingnya.

Tahap ketiga dan sangat krusial, adalah adanya penggerak inovasi, seperti di rancangnya business model inovasi dan proses produksi yang lebih baik, aktifnya R&D Center, transfer of knowledge, serta institusi penghubung antara produk inovasi dengan market.

Pada tahapan ini, basis inovasi yang kuat serta budaya kewirausahaan perlu dipersiapkan. Di samping itu, kepemimpinan yang kuat sangat diperlukan untuk mengawal ketiga tahapan tersebut.

Baca juga: Indo Livestock 2023, Ajang Pengenalan Inovasi Bidang Industri Pertanian Berkelanjutan

Keberadaan semua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi kluster.

Selain itu, kita perlu memikirkan siapa saja stakeholder yang perlu dilibatkan pada perencanaan dan pengembangan kluster. Di sinilah Co-creation, Coopetition dan Collaboration diperlukan.

Inovasi harus jelas

Inovasi yang dikembangkan harus jelas, terukur dan impactful. Untuk itu, berbagai strategi inisiatif yang bisa menghubungkan teknologi dengan pasar perlu diperjuangkan seperti yang terlihat pada gambar 2.

Dari sini, terlihat pentingnya sharing economy, strategi yang lebih personal, collaborative ecosystem, agility/kelincahan dan closed loop (di mana limbah dari satu proses menjadi bahan baku untuk proses lainnya).

Sari mengatakan, strategi investasi dengan mempertimbangkan transisi ke ekonomi sirkular bukan hanya keharusan, tapi juga menjadi peluang untuk pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan.

Sebab, menurutnya, Ekonomi Sirkular mempromosikan sistem regeneratif di mana produk dan bahan dirancang untuk digunakan kembali, didaur ulang, dan diregenerasi. Inilah yang disebut dengan closed loop dimana limbah suatu produksi bisa di manfaatkan oleh produksi lainnya. 

"Strategi investasi yang ciamik adalah strategi yang membuka potensi penuh Ekonomi Sirkular, di mana investor bukan hanya memiliki peluang unik untuk mendorong perubahan positif, tapi juga sekaligus menghasilkan keuntungan finansial jangka panjang," ucapnya.

Baca juga: Kemenko Marves: Indonesia Butuh Pembiayaan Bersama Layak Investasi untuk Ekonomi Sirkular

Sari kemudian menerangkan beberapa inisiatif yang bisa lakukan dalam rangka mengimplementasikan ekonomi sirkular.

Satu, merangkul inovasi dan membuat solusi inovatif di berbagai sektor. Termasuk di dalamnya pembuatan model bisnis yang memprioritaskan efisiensi sumber daya.

Kedua, kolaborasi dan kemitraan antar ABCG (Akademi, Bisnis, Community dan Government) sangatlah dibutuhkan. Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian, kita dapat menciptakan sinergi yang mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular.

Ketiga, Rantai Pasokan Berkelanjutan: Investasi harus fokus pada perusahaan yang memprioritaskan sumber yang berkelanjutan, produksi yang bertanggung jawab, dan logistik yang efisien.

Pemerintah harus mendukung dan memberikan insentif pada perusahaan yang mengupayakan sistem closed loop yang berazaskan simbiosis mutualisme antar satu persuahaan dan perusahaan lain.

Keempat, transisi ke ekonomi sirkular harus dibarengi dengan investasi pada proyek energi terbarukan dan mengembangkan teknologi bersih,seperti proses manufaktur hemat energi, teknik daur ulang canggih, dan sistem pengelolaan limbah cerdas.

Baca juga: Investasi Aset Kripto Diharapkan Tumbuh Optimal Sejalan Penerbitan Keputusan Kepala Bappebti

Kata Sari, penerapan sirkular ekonomi menjadi bagian penting dari Strategy Enviroment Social Governance (ESG).

"Penting untuk mendukung perusahaan dalam mengubah paradigma mereka dan meningkatkan kesadaran akan manfaat transformasi industri yang berkelanjutan dengan pembentukan Industrial Symbiosis Network (ISN)sebagai upaya perusahaan untuk memenuhi tanggung jawabnya atas dampak eksternal bisnis mereka dan sekaligus meminimalkan investasi," katanya.

Dalam kesimpulannya, Sari menyampaikan, berinvestasi dalam ekonomi sirkular bukan hanya pilihan etis, itu adalah salah satu yang strategis dan menguntungkan.

Lanjutnya, dengan menyelaraskan strategi investasi dengan prinsip sirkular, kita dapat mendorong perubahan positif, memitigasi risiko lingkungan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

"Mari kita raih kesempatan ini untuk membentuk masa depan di mana limbah menjadi sumber daya yang berharga dan planet kita tumbuh subur untuk generasi yang akan datang."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas