Refleksi Peristiwa Kudatuli, PDIP Gelar Pementasan Wayang Kulit Lakon Pandawa Syukur
Gelaran wayang ini juga turut dimeriahkan oleh masyarakat sekitar Lenteng Agung yang hadir di lokasi.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Daryono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka Refleksi Kasus 27 Juli dengan jalan kebudayaan, DPP PDI Perjuangan (PDIP) menggelar pergelaran Wayang Kulit Dalang 3 di Halaman Masjid At-Taufiq, di depan Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (28/7/2023) malam.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto bersama jajaran DPP PDIP, Sri Rahayu, serta pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie terlihat hadir di lokasi sekira pukul 20.55 WIB.
Kehadiran Hasto dan rombongan pun disambut oleh para tamu undangan yang hadih.
Hadir pula dalam acara tersebut, Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko serta Ketua DPC Tangsel Wanto Sugito.
Baca juga: Panggil Budiman Sudjatmiko, DPP PDIP Diingatkan Semua Kader Wajib Menangkan Ganjar Pranowo Presiden
Gelaran wayang ini juga turut dimeriahkan oleh masyarakat sekitar Lenteng Agung yang hadir di lokasi.
Tiga dalang kondang seperti Ki. Joko Widodo (Joko Klentheng), Ki. Puthut Puji Aguseno dan Ki. Alek Budi Sabdo Utomo akan menunjukan kebolehannya mendalang di hadapan Hasto dan tamu undangan yang hadir.
Ketiga dalang kondang itu juga akan membawakan lakon Pandawa Syukur (Sesaji Rojosuyo).
Lantunan musik pewayangan seolah menyihir para tamu dan masyarakat yang hadir di lokasi.
Para sinden bersuara merdu juga membawa suasana gelaran wayang ini semakin menghibur masyarakat.
Hingga jelang malam, masyarakat sekitar berbondong-bondong untuk menyaksikan gelaran wayang tersebut.
Baca juga: Politikus PDIP: Tanpa Kudatuli Tak Akan Lahir Reformasi
Dalam sambutannya, Hasto mengatakan mengatakan bahwa lakon Pandawa Syukur ini juga menceritakan tentang ambisi politik seseorang raja yang angkara murka ingin menaklukan 100 raja.
Namun, raja tersebut memiliki geopolitik yang luas untuk menaklukan oleh seorang raja.
"Tema yang saya baca terkait dengan ambisi politik seorang raja yang angkara murka yang ingin menaklukan 100 raja," cerita Hasto.
Dikutip dari berbagai sumber, lakon Pandawa Syukur ini menceritakan tentang cerita fiksi yang menggambarkan kisah penaklukan dan pemenjaraan 97 raja oleh Prabu Jarasanda, Kerajaan Giribaja, yang akan menjadikan 100 orang raja sebagai tumbal.
Namun, baru 97 raja yang berhasil dipenjarakan. Menyisakan tiga raja lagi yaitu Puntadewa raja Amarta, Kresna raja Dwarawati, dan Baladewa raja Madura.
Para Pandawa dan dua kerajaan lainnya memutuskan untuk membebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jarasanda.
Setelah melalui pertempuran sengit, Prabu Jarasanda pun berhasil ditaklukkan. Ke-97 raja yang dijadikan tawanan dibebaskan, sehingga mereka bergabung mengikuti Sesaji Raja Suya sebagai wujud syukur Pandawa yang telah berhasil mendirikan negara Amarta.(*)