Kurangi Prevalensi Perokok, Penelitian Seputar Tembakau Alternatif Dinilai Perlu Diperbanyak
Para perokok dewasa yang ingin beralih ke produk yang lebih baik dapat mengambil keputusan yang tepat untuk untuk diri mereka.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan dan kantong nikotin, dinilai dapat menjadi solusi dalam menurunkan prevalensi merokok.
Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara didorong untuk memanfaatkan produk tembakau alternatif dalam menjawab tantangan ini.
Salah satunya melalui akses dan informasi yang akurat terkait produk tembakau alternatif.
Aktivis Pengurangan Bahaya Merokok dari Inggris yang merupakan panelis diskusi Global Forum Nicotine 2023 (GFN23) di Warsawa, Polandia, Clive Bates, mengatakan penelitian yang masif mengenai produk tembakau alternatif sangat diperlukan untuk keterbukaan informasi yang akurat, terutama mengenai profil risiko dari produk tersebut.
Sehingga para perokok dewasa yang ingin beralih ke produk yang lebih baik dapat mengambil keputusan yang tepat untuk untuk diri mereka.
“Sejumlah kajian ilmiah menunjukkan bahwa beralih ke produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih kecil daripada rokok. Penyebaran informasi yang salah dan menolak segala jenis produk tembakau alternatif dapat menghambat pengurangan bahaya merokok. Padahal, sebenarnya secara produk tembakau alternatif signifikan mengurangi risiko dari kebiasaan merokok,” papar Clive dikutip pada Senin (31/7/2023).
Baca juga: Wamenkes: 1 dari 10 Anak Indonesia Merokok, Tahun 2023 Perokok Muda Capai 16 Persen
Satu diantara bukti efektivitas rokok elektrik dalam membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok juga diungkapkan dalam laporan Cochrane Review yang dipublikasikan Universitas Oxford, Inggris, pada November 2022 lalu.
Laporan tersebut merangkum hasil riset di Amerika Serikat (34 studi), Inggris (16 studi), dan Italia (8 studi).
Menurut Jasjit Ahluwalia, Ilmuwan Kesehatan Masyarakat di Brown University, Amerika Serikat, yang juga menjadi panelis diskusi GFN23, hasil dari laporan tersebut menunjukkan bahwa perokok berpotensi besar untuk beralih dari kebiasaannya setelah menggunakan rokok elektrik selama enam bulan, dibandingkan menggunakan terapi pengganti nikotin.
Pada kesempatan berbeda, Peneliti dan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Neily Zakiyah, juga sependapat penyebarluasan informasi tentang profil risiko dan manfaat dari produk tembakau alternatif sebaiknya berbasis fakta dan kajian ilmiah.
Hal ini penting agar masyarakat mendapat informasi yang komprehensif dan akurat.
“Kajian ilmiah yang komprehensif dapat memberikan informasi dan bukti mengenai profil risiko dan juga potensi produk tembakau alternatif. Penelitian-penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat mencegah individu yang bukan merupakan perokok, agar tidak mencoba produk tembakau alternatif,” kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.