Prosesi Hari Raya Galungan, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu di Bali
Simak prosesi saat Hari Raya Galungan. Dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur umat Hindu di Bali. Dimulai dari Tumpek Wariga hingga Kuningan.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut rangkaian prosesi yang dilakukan saat Hari Raya Galungan.
Pada tahun ini, Hari Raya Galungan dirayakan pada 4 Januari 2023 lalu dan hari ini, Rabu (2/8/2023).
Peringatan Hari Raya Galungan biasanya dilakukan oleh umat Hindu setiap 6 bulan Bali atau 210 hari, tepatnya pada hari Budha Kliwon Dungulan atau Rabu Kliwon wuku Dungulan.
Pasalnya, hari tersebut merupakan hari kemenangan Dharma yang berarti kebenaran melawan Adharma atau kejahatan.
Karena pada dasarnya, kata Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung.
Saat peringatan Hari Raya Galungan, biasanya identik dengan adanya penjor yang dipasang di tepi jalan.
Baca juga: 10 Fakta Hari Raya Galungan dan Kuningan Umat Hindu di Bali
Dikutip dari laman Bulelengkab, perayaan Hari Raya Galungan bertujuan untuk memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya.
Sebagai ucapan syukur, biasanya umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara pada saat perayaan Hari Raya Galungan.
Dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah prosesi yang dilakukan saat perayaan Hari Raya Galungan, yakni sebagai berikut:
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga merupakan penyebutan untuk hari Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga yang jatuh pada 25 hari sebelum Galungan.
Tumpek Wariga disebut juga Tumpek Bubuh, atau Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah.
Pada hari Tumpek Wariga Ista Dewata, yang dipuja adalah Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan.
Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna, di antaranya:
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.