Prosesi Hari Raya Galungan, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu di Bali
Simak prosesi saat Hari Raya Galungan. Dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur umat Hindu di Bali. Dimulai dari Tumpek Wariga hingga Kuningan.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
- Bubuh putih untuk umbi-umbian;
- Bubuh bang untuk padang-padangan;
- Bubuh gadang untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara generatif;
- Bubuh kuning untuk bangsa pohon yang berkembangbiak secara vegetatif.
Selain itu, pohon-pohon akan diberikan cipratan air suci yang dimohonkan di sebuah Pura dan diberi banten berupa bubuh tadi disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, dan diisi sasat.
Setelah selesai, kemudian pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berucap.
Dialog yang diucapkan bermakna harapan si pemilik pohon agar nantinya pohon yang diupacarai dapat segera berbuah atau menghasilkan, sehingga dapat digunakan untuk upacara Hari Raya Galungan.
Baca juga: 20 Twibbon Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023, Dapat Dibagikan di Media Sosial
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa berasal dari 2 kata, yakni Sugi yang berarti bersih atau suci dan Jawa yang artinya luar.
Secara singkat, pengertian Sugihan Jawa adalah hari sebagai pembersihan atau penyucian segala sesuatu yang berada di luar diri manusia
Pada hari ini, umat melaksanakan upacara yang disebut Mererebu atau Mererebon.
Upacara Ngerebon ini dilaksanakan dengan tujuan untuk nyomia/menetralisir segala sesuatu yang negatif yang berada pada Bhuana Agung disimbolkan dengan pembersihan Merajan dan rumah.
Biasanya untuk wilayah pura akan membuat Guling Babi untuk haturan yang nantinya setelah selesai upacara dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Sugihan Jawa dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang.
Baca juga: Ucapan Selamat Hari Raya Galungan dengan Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.