Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prosesi Hari Raya Galungan, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu di Bali

Simak prosesi saat Hari Raya Galungan. Dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur umat Hindu di Bali. Dimulai dari Tumpek Wariga hingga Kuningan.

Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Prosesi Hari Raya Galungan, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur Umat Hindu di Bali
Warta Kota/Nur Ichsan
Umat Hindu di Kota Tangerang, Banten, sedang melakukan ritual persembahyangan pada perayaan Hari Raya Galungan di Pura Kertajaya, Rabu (8/6/2022). - Prosesi saat Hari Raya Galungan. Dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur umat Hindu di Bali. Dimulai dari Tumpek Wariga, Kuningan hingga Hari Pegat Wekatan. 

Penjor ini bermakna sebagai ungkapan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah yang diterima selama ini.

Selain membuat penjor, umat juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.

Tradisi penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia.

Baca juga: Apa Itu Penampahan Galungan? Berikut Pengertian, Makna, dan Asal-usulnya

7. Hari Raya Galungan

Saat pagi Hari Raya Galungan, umat telah memulai upacara untuk Galungan.

Upacara tersebut dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan.

Tradisi yang kerap djumpai pada Galungan adalah Tradisi 'Pulang Kampung'.

Berita Rekomendasi

Pada tradisi tersebut umat yang berasal dari daerah lain, seperti perantauan, akan menyempatkan diri untuk sembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.

Bagi umat yang memiliki anggota keluarga yang masih berstatus Makingsan di Pertiwi atau dikubur, maka wajib membawakan banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra Kuburan saat Hari Raya Galungan.

Mengutip laman diparda.gianyarkab.go.id,  pada dasarnya Galungan bukanlah untuk pesta pora ataupun hura-hura.

Karena pada saat Galungan, umat Hindu memiliki kewajiban melakukan hal berikut ini:

  • Melakukan kendali diri;
  • Melakukan penyucian diri;
  • Melakukan usaha kebajikan;
  • Melakukan kegiatan mulia;
  • Melakukan amal kebajikan;
  • Melakukan pemujaan dan pengastawa atau berdoa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
  • Melakukan pengorbanan atau persembahan yang tulus ikhlas;
  • Melakukan sirna krama atau menengok keluarga terdekat;
  • Melakukan pengampunan (ksamasvamam) terhadap sesama sahabat/keluarga (Pariparam) maupun terhadap semua kehidupan

8. Hari Umanis Galungan

Pada umanis Galungan, umat akan melaksanakan persembahyangan dan dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.

Anak-anak akan melakukan tradisi ngelawang yakni menarikan barong disertai gambelan dari pintu rumah penduduk satu ke yang lainnya (lawang ke lawang).

Penduduk yang mempunyai rumah tersebut kemudian akan keluar dari rumah sambil membawa canang dan sesari/uang.

Hal tersebut dilakukan karena penduduk percaya bahwa dengan tarian barong ini dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.

Umanis Galungan jatuh pada hari Kamis Umanis wuku Dungulan.

Baca juga: Selamat Hari Raya Galungan, Ini Tradisi yang Dilakukan Umat Hindu untuk Rayakan Hari Raya Galungan

9. Hari Pemaridan Guru

Kata Pemaridan Guru berasal dari kata Marid dan Guru.

Dapat diartikan bahwa hari ini adalah hari untuk ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru.

Hari Pemaridan Guru dirayakan pada Sabtu Pon wuku Galungan.

10. Ulihan

Kata Ulihan memiliki arti pulang atau kembali.

Dalam hal ini, ulihan memiliki makna sebagai hari kembalinya para dewata-dewati atau leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur.

Prosesi Ulihan dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan

11. Hari Pemacekan Agung

Makna pemacekan agung ini adalah sebagai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan.

Hari Pemacekan Agung dillaksanakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan.

12. Hari Kuningan

Sejumlah pemuda desa Munggu besiap melaksanakan Tradisi Mekotek bertepatan dengan Hari Raya Kuningan di Desa Munggu, Mengwi, Sabtu (11/11). Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun digelar setiap enam bulan sekali berdasarkan kalender Hindu yang bertujuan untuk memperingati kemenangan perang kerajaan Mengwi. Tribun Bali/Rizal Fanany
Sejumlah pemuda desa Munggu besiap melaksanakan Tradisi Mekotek bertepatan dengan Hari Raya Kuningan di Desa Munggu, Mengwi, Sabtu (11/11). Tradisi ini dilaksanakan secara turun temurun digelar setiap enam bulan sekali berdasarkan kalender Hindu yang bertujuan untuk memperingati kemenangan perang kerajaan Mengwi. Tribun Bali/Rizal Fanany (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Hari Suci Kuningan dirayakan umat dengan cara memasang tamiang, kolem, dan endong.

Warna kuning yang identik dengan hari raya Kuningan memiliki makna kebahagiaan, keberhasilan, dan kesejahtraan.

Tumpeng pada banten yang biasanya berwarna putih diganti dengan tumpeng berwarna kuning.

Keunikan hari raya Kuningan selain penggunaan warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum jam 12 siang.

Pasalnya, persembahan dan persembahyangan setelah jam 12 siang dipercaya hanya akan diterima Bhuta dan Kala karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.

13. Hari Pegat Wekatan

Hari Pegat Wekatan merupakan rangkaian prosesi terakhir dalam perayaan Galungan dan Kuningan.

Pelaksanaan Hari Pegat Wekatan yakni dengan cara melakukan persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari Penampahan.

Penjor yang telah dicabut kemudian dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah.

Pegat Wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah galungan.

(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas