Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Semakin Diminati Masyarakat, KKP Terus Dorong Produksi Ikan Nila 'Si Emas Hitam'

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan produksi ikan nila atau si emas hitam karena minat masyarakat semakin tinggi.

Penulis: Matheus Elmerio Manalu
Editor: Content Writer
zoom-in Semakin Diminati Masyarakat, KKP Terus Dorong Produksi Ikan Nila 'Si Emas Hitam'
Istimewa
KKP terus tingkatkan produksi ikan nila Si Emas Hitam. 

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan produksi ikan nila karena minat masyarakat semakin tinggi. Si Emas hitam ini juga punya beberapa keunggulan dibanding ikan lain.

Beberapa keunggulan ikan nila adalah tolerasi terhadap kondisi lingkungan, kemampuan tumbuh yang baik, dapat dibudidayakan di air tawar maupun payau, memiliki kandungan protein tinggi, serta harga yang bersaing.

Ikan nila saat ini semakin diminati masyarakat, sehingga permintaan pasar meningkat tinggi. Selain untuk konsumsi lokal, permintaan terhadap komoditas ikan nila untuk ekspor terutama dari Amerika Serikat juga tinggi khususnya dalam bentuk fillet.

Baca juga: Peluang Ekspor Besar, KKP Bangun Klaster Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang

“Ikan nila atau emas hitam harus terus menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar global. Produktivitasnya harus terus kita tingkatkan,” tegas Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono ketika berkunjung ke BBPBAT Sukabumi (14/2/2023).

Untuk terus meningkatkan produksi ikan nila, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menyampaikan bahwa KKP siap memfasilitasi pembudidaya ikan nila seperti dukungan benih dan induk ikan bermutu, pakan ikan mandiri hingga dukungan teknologi dan pelaksanaan sertifikasi CBIB, CPIB, CPPIB, CPOIB dan Monitoring Residu. KKP akan terus mendukung suplai benih berkualitas melalui penataan sistem logistik benih di sentra produksi budidaya.

Salah satu teknologi pembenihan ikan nila yang telah dikuasai oleh UPT DJPB dan telah diadopsi oleh masyarakat pembenih ikan nila di berbagai daerah di Indonesia adalah Recirculation Aquaculture System (RAS) maupun Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT)," terangnya.

Baca juga: Salurkan Benih Ikan Nila, KKP Bantu Genjot Produktivitas Tambak Rakyat

Selain itu, UPT DJPB juga telah mengenalkan teknologi peningkatan produksi ikan nila konsumsi melalui teknologi budidaya ikan nila sistem bioflok, agar dapat lebih dijangkau oleh lebih banyak masyarakat di berbagai daerah dan tidak perlu memiliki lahan luas.

BERITA REKOMENDASI

UPT DJPB seperti BBPBAT Sukabumi juga terus melakukan program pemuliaan induk ikan nila melalui seleksi famili, hal ini sebagai langkah konkrit dalam meningkatkan produksi ikan nila nasional. Hasilnya adalah ikan nila yang memiliki kemampuan toleransi pada lingkungan, cepat tumbuh dan mampu beradaptasi dan tahan pada rentang salinitas lebih tinggi (<20 ppt) atau biasanya disebut dengan ikan nila salin.

“Salah satu inovasinya adalah ikan nila salin yang dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan eks tambak yang selama ini tidak berproduksi atau idle akibat menurunnya kualitas lahan," ujar Tebe.

Tebe menambahkan bahwa salah satu strategi KKP dalam pencapaian peningkatan target produksi ikan nila nasional yaitu melalui program pengembangan budidaya ikan nila berbasis kawasan, program kampung budidaya ikan nila salin dan program kampung budidaya ikan nila air tawar.

Baca juga: KKP Tegaskan Produsen Obat Ikan Harus Punya Sertifikat CPOIB

Senada dengan Dirjen Tebe, Kepala BBPBAT Sukabumi, Fernando J. Simanjuntak juga menyampaikan beberapa strain ikan nila yang dibudidayakan di BBPBAT Sukabumi yaitu ikan nila hitam sultana, ikan nila gesit (YY-Supermale), dan ikan nila merah. BBPBAT Sukabumi juga tengah mengembangkan induk ikan nila unggul.

“Kita sedang kembangkan jenis yang mampu beradaptasi dan tahan pada rentang salinitas tinggi, keunggulan kelulushidupan (SR) yang baik, dan ekonomis," ujarnya.


Sekadar informasi, nilai capaian produksi dan nilai budidaya ikan nila pada 2021 telah terjadi peningkatan signifikan dibanding pada 2015. Jika pada 2015 mencapai 1,084 juta ton dan nilai produksi Rp21,2 triliun, pada 2021 lalu tercapai 1,30 juta ton dengan nilai produksi sebesar Rp32,35 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas